Dalam rangka memperkenalkan para calon rektor (carek) periode 2024–2029 secara transparan kepada civitas academica, Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia Unsur Mahasiswa (MWA UI UM) menyelenggarakan Rembug UI di Auditorium Pusgiwa UI pada Kamis (12/09) lalu. Acara ini menghadirkan enam dari tujuh carek yang berhasil melewati tahapan penyaringan. Dengan tajuk “Penentu Suara Mahasiswa”, Rembug UI menjadi langkah nyata untuk mengawal demokrasi dalam pemilihan rektor (pilrek) ini.
Sirhan Muhammad Dehya Alqolbi dan Nurul Fitrah Melani Moehadjir selaku pewara membuka acara pada pukul 13.50 WIB. Acara berlanjut dengan penyampaian sambutan oleh sejumlah pihak, mulai dari Hilal Al Hamdi selaku Project Officer Rembug UI 2024, Zahid Abdullah selaku anggota MWA UI UM, Verrel Uziel selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI 2024, Faiq Firni Ramadhan selaku Wakil Ketua I Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UI 2024, hingga Badrul Munir selaku Direktur Kemahasiswaan UI.
Setelah sambutan, Aliansi Problematika UI yang terdiri dari perwakilan berbagai BEM Fakultas UI dan MWA UI UM mempresentasikan “10 Poin Rekomendasi”. Poin-poin itu memuat sejumlah permasalahan yang belum terselesaikan oleh para rektor pada periode sebelumnya, yaitu permasalahan kepemimpinan dan tata kelola rektor yang dinilai jauh dari kata transparan dan komunikatif dengan mahasiswanya, kecacatan peraturan Statuta UI, tingginya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan komersialisasi pendidikan, kurangnya perhatian terhadap isu kekerasan seksual, perwujudan lingkungan UI sebagai Kawasan Tanpa Rokok (KRT), penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) atau Program Ekstensi UI, pengadaan fasilitas di lingkungan UI, tindakan preventif dan promotif terkait isu kesehatan mental, sistem lingkungan kerja yang eksklusif, serta penyelesaian kasus Akseyna. Dalam proses pemaparan ini, Khreshna selaku salah satu carek menginterupsi dan menanyakan mengenai korelasi antara fasilitas kampus dengan kegiatan kemahasiswaan.
Beralih dari sesi itu, acara berlanjut dengan penyampaian gagasan dan visi-misi serta tanggapan terhadap “10 Poin Rekomendasi” oleh para carek. Sebelum memulai pemaparan, panitia menayangkan video profil dan presentasi gagasan secara lisan. Setelah pemaparan selesai, mahasiswa berkesempatan untuk mengenal para carek lebih mendalam melalui sesi tanya-jawab. Sayangnya, sesi ini tidak diadakan bagi beberapa calon rektor akibat keterbatasan waktu. Di akhir pemaparan, para calon rektor menandatangani poin-poin rekomendasi mahasiswa yang telah dipaparkan.
Ari Fahrial Syam: Duduk Bersama dengan Mahasiswa dan Ketua Ormawa
Carek pertama yang memulai pemaparan adalah Ari Fahrial Syam. Beliau merupakan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UI yang saat ini sedang berada dalam status nonaktif dari jabatannya. Sebagai tanggapan terhadap “10 Poin Rekomendasi”, Ari menyatakan bahwa telah ada usaha penanganan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut pada kepemimpinan rektor sebelumnya. Meskipun demikian, Ari mengakui bahwa tata kelola universitas masih belum transparan hingga saat ini. Oleh karena itu, beliau berharap agar dapat duduk bersama dengan mahasiswa dan ketua ormawa untuk membahas berbagai permasalahan UI.
Adapun tanggapan beliau mengenai permasalahan UI lainnya adalah
Riri Fitri Sari: Mendengarkan Layaknya Seorang Ibu
Setelah Ari, carek selanjutnya yang memaparkan materi adalah Riri Fitri Sari. Saat ini, beliau menjabat sebagai Ketua UI GreenMetric. Riri memulai pemaparannya dengan nada sendu saat menceritakan interaksinya dengan seorang guru besar dari Singapura. Guru besar Singapura itu mengatakan bahwa mahasiswa Riri akan menjadi bawahan dari mahasiswanya. Tidak terima dengan perkataan itu, Riri pun terdorong untuk membuktikan bahwa profesor dari Singapura tersebut salah dan berniat untuk menjadikan Indonesia sebagai “macan Asia”.
Dalam paparannya, Riri berjanji akan mengusahakan penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan yang tercantum pada “10 Poin Rekomendasi”. Selain itu, Riri juga menyatakan niatnya untuk berdialog bersama dan akan merangkul para mahasiswa layaknya seorang ibu. Adapun tanggapan beliau mengenai permasalahan UI adalah
Faiq Firni menanggapi paparan Riri dengan sebuah pertanyaan mengenai kebersihan dan kasus kekerasan di asrama UI. Riri menanggapinya dengan menggambarkan asrama sebagai “poin ke-0” dari permasalahan kemahasiswaan di UI dan mengusulkan penambahan masalah seputar asrama ke dalam poin rekomendasi mahasiswa.
Janji yang Tidak Berlebihan ala Khresna Imaduddin
Dari Riri, Khreshna Imaduddin Ahmad Syuhada mengambil alih panggung auditorium Pusgiwa. Beliau merupakan Guru Besar Ilmu Risiko Statistika Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi satu-satunya carek dari luar UI yang berhasil lolos ke tahap tujuh besar.
Berbeda dengan paparan calon rektor lainnya yang terkesan searah, Khreshna cenderung lebih lugas dan interaktif. Dalam pemaparannya, Khresna beberapa kali melontarkan pertanyaan kepada mahasiswa mengenai indeks prestasi dan perasaan mereka. Khreshna menekankan pentingnya penguasaan faktor-faktor kualitatif untuk memahami aspirasi mahasiswa. Selain itu, beliau tidak ingin menjanjikan hal yang berlebihan agar semua janji-janjinya kelak dapat terealisasi. Terkait dengan rekomendasi penyetaraan outsourcing, Khreshna berpendapat bahwa hal tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Di akhir pemaparannya, Khreshna sempat berdialog dengan seorang fotografer yang memberikan arahan untuk foto bersama. Khreshna menyatakan bahwa dirinya adalah sosok yang out of box dan terbuka untuk menerima masukan dari mahasiswa.
Kemas Ridwan Kurniawan: Mewujudkan UI yang Berjaya dan Berbudaya
Calon rektor keempat yang menyampaikan paparannya adalah Kemas Ridwan Kurniawan. Beliau merupakan Guru Besar Arsitektur UI dan mantan Ketua Dewan Riset Daerah Jakarta. Kemas menekankan pentingnya inteligensia yang memiliki tanggung jawab kepada Tuhan dan kesejahteraan sesamanya. Menurutnya, sensitivitas manusia merupakan salah satu hal penting dari karakter yang harus dimiliki oleh civitas academica UI. Beliau memiliki visi untuk menjadikan UI sebagai kampus yang berjaya dan berbudaya melalui peningkatan prestasi mahasiswa, baik secara akademik maupun non-akademik melalui ajang nasional maupun internasional serta melakukan revitalisasi aset-aset pendidikan yang selaras dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Seorang mahasiswa UI bernama Axel mengangkat isu UKT saat sesi tanya jawab. Ia menanyakan pendapat Kemas terkait kebijakan pengambilan dana melalui UKT mahasiswa. Menurut Kemas, UI selama ini terlalu berfokus pada penggunaan UKT mahasiswa untuk pendanaan infrastruktur dan operasional sehingga perlu ada usaha agar pendanaannya bersumber dari dana selain UKT.
Heri Hermansyah: Pentingnya Pendanaan untuk Mendukung Ekosistem Kampus
Peningkatan kualitas Tridarma Perguruan Tinggi di lingkungan akademik UI memerlukan pendanaan yang cukup. Berkaitan dengan itu, Heri meyakini bahwa pemenuhan keperluan pendanaan tersebut merupakan kewajiban seorang Rektor. Oleh karena itu, beliau berjanji akan memastikan kebutuhan dana yang sesuai dan pengelolaannya dengan sebaik-baiknya untuk mewujudkan setiap program kerjanya. Heri juga melihat mahasiswa sebagai anak sendiri sehingga ia akan memperlakukan para mahasiswa UI seperti anak sendiri. Beliau akan membuka pintu Rektorat dan mempersilakan para mahasiswa untuk mengakses lingkungan Rektorat, seperti “pulang ke rumah orang tua sendiri.”
Dalam sesi tanya jawab, Dimas, perwakilan dari BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, bertanya kepada Heri terkait pendapatnya atas isu tenaga kependidikan (tendik) dan tenaga alih daya (outsourcing) yang masih belum sejahtera. Prof Heri berpendapat bahwa perlu adanya kepastian jenjang karir bagi para tendik dan outsourcing untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Beliau menuturkan masih ada kekurangan tendik di beberapa lingkungan fakultas sehingga perlu adanya pengintegrasian antara kepengurusan Rektorat dan kepengurusan masing-masing fakultas untuk menyelesaikan defisit tenaga kerja tersebut.
Evelyn dari Fakultas Hukum (FH) UI turut meramaikan sesi tanya jawab dengan menanyakan cara Heri menjamin kebebasan berpendapat di kampus apabila terpilih sebagai menjadi rektor. Menjawab pertanyaan tersebut, Heri berjanji akan memastikan adanya kebebasan berekspresi mahasiswa sesuai dengan kaidahnya.
Teguh Dartanto: Dialog Antara Mahasiswa dan Rektor Menjadi Fokus Utama
Pemaparan dari Teguh Dartanto menutup sesi pemaparan oleh carek. Dekan Cuti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI ini menganggap “10 Poin Rekomendasi” sebagai tantangan bagi UI. Dalam hematnya, UI perlu melakukan evaluasi, konsolidasi, dan perencanaan strategi untuk menghadapinya. Beliau ingin menjadikan dialog antara mahasiswa dan Rektor sebagai salah satu fokus utama dalam pelaksanaan kepemimpinannya jika Beliau terpilih kelak.
Dalam sesi tanya jawab dengan Teguh, Fatiah dari BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI bertanya mengenai penerapan safety environment di lingkungan kampus UI. Teguh menjawab dengan menceritakan pengalamannya selama memimpin FEB UI. Sebagai dekan, dirinya telah mendirikan suatu unit yang mengurus keamanan operasional fasilitas dan lingkungan. Berkaca dari pengalaman itu, beliau pun berencana untuk menerapkan hal yang sama di lingkup UI.
Meskipun Agus Setiawan, Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK), tidak dapat hadir, besar harapan agar kehadiran enam dari tujuh carek tersaring tersebut dalam Rembug UI dapat memberikan transparansi perihal carek UI periode 2024–2029. Melalui paparan dan diskusi terbuka, para civitas academica UI bisa mengenal lebih dalam profil tiap carek dan berinteraksi secara langsung untuk mengetahui pendapat mereka terkait isu permasalahan yang terjadi di lingkungan kampus UI. Dengan demikian, Rembug UI dapat benar-benar menjadi bentuk nyata upaya pengawalan berjalannya demokrasi dalam rangkaian pilrek UI untuk lima tahun mendatang.
Teks: Rania Reswara Addini dan Jeromi Mikhael Asido
Editor: Jesica Dominiq M.
Foto: Jeromi Mikhael Asido dan Rania Reswara Addini
Desain: Ferre Reza Putri
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas