Peringati 16 HAKtP, Komite PPKS FISIP UI dan Gerakan Pita Ungu Adakan Diskusi KBGO

Redaksi Suara Mahasiswa · 9 Desember 2023
4 menit

Bertepatan dengan momentum peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP), Komite Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Komite PPKS) FISIP UI dan Gerakan Pita Ungu (GPU) mempersembahkan diskusi bertajuk “DeCode KBGO: Luput Diperbincangkan, Tersembunyi di Balik Sorotan” pada Kamis (7/12).

Bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono, sesi diskusi menghadirkan tiga pembicara, yaitu Permata Adinda (Project Multatuli), Eni Puji Utami (Purplecode Collective), dan Zeni Tri Lestari (Komite PPKS FISIP UI). Diskusi bertolak dari film Like&Share karya Sutradara Gina S. Noer yang mengangkat tema Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Panitia diskusi sempat menjadikan penayangan film sebagai mata acara, tetapi batal karena masalah dengan rumah produksi. Sebagai gantinya, moderator menceritakan alur film melalui sebuah presentasi.

Upaya Menumbuhkan Kesadaran

Acara dibuka dengan sambutan dari Dosen Departemen Kriminologi yang menjadi Anggota Komite PPKS FISIP UI, Mamik Tri Supatmi. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan kemirisannya terhadap perkembangan teknologi yang justru memperluas ruang bagi kekerasan terhadap perempuan. “Ruang bagi kekerasan itu bukan berpindah, tetapi menjadi semakin luas,” ujarnya.

KBGO adalah salah satu bukti bahwa ruang digital juga dapat digunakan untuk melakukan kekerasan seksual. Berangkat dari fenomena ini, Komite PPKS FISIP UI berkolaborasi dengan GPU dalam menyelenggarakan diskusi yang bertujuan memperkuat kesadaran publik akan kekerasan seksual, termasuk KBGO.

“Jadi nggak hanya kita tahu tentang KBGO, tetapi kita juga sehari-hari memastikan agar kita tidak jadi pelaku, dan kita bisa juga memberikan dukungan kawan-kawan yang lain yang mengalami, atau kita memperingatkan kawan-kawan kita yang memang melakukan tindakan-tindakan yang berisiko yang kemudian bisa menjadi kekerasan seksual di ruang siber,” tutur Mamik kepada Reporter Suara Mahasiswa saat ditanyai tujuan dari penyelenggaraan diskusi.

NCII adalah KBGO yang Paling Marak Terjadi

Beragam hal didiskusikan dalam sesi yang berlangsung selama hampir tiga jam, mulai dari jenis-jenis KBGO, cara mencegah dan hambatan dalam penanganan kekerasan seksual, hingga upaya advokasi yang bisa dilakukan mahasiswa. Berbicara mengenai KBGO, Jurnalis Project Multatuli, Permata Adinda, menjelaskan bahwa KBGO masuk ke dalam buku panduan liputan yang disusun Project Multatuli.

“Kekerasan seksual mungkin udah ada beberapa film yang mengangkat tema tersebut, tetapi ketika meluncur ke KBGO, terbilang sedikit banget (yang memberi perhatian) kayaknya, ya. Kebetulan di buku panduannya itu, sempat menyinggung juga soal KBGO.”

PurpleCode, gerakan yang berfokus pada isu gender, hak asasi, dan teknologi, mengkategorikan KBGO ke dalam 14 aktivitas. Trolling (makian) hingga sextortion (ancaman yang melibatkan tindakan seksual) tercakup di dalamnya. Namun, menurut Eni Puji Utami, Non-consensual Dissemination of Intimate Image (NCII) adalah yang paling sering terjadi, yaitu penyebaran konten intim berupa foto atau video tanpa persetujuan.

“Mungkin yang paling banyak yaitu ada NCII gitu, dulu kita sering dengarnya revenge porn.” Dalam konteks NCII, Eni menjelaskan bahwa pelakunya dapat terdiri dari pelaku primer (perekam) dan pelaku sekunder atau pihak yang mendistribusikan konten tanpa consent dari korban.

Victim Blaming Menyulitkan Penanganan Kekerasan Seksual

Salah satu hal yang menghambat optimalnya penanganan kekerasan seksual adalah pola pikir victim blaming. Pola pikir tersebut turut menjangkiti kampus. Dalam diskusi, Zeni Tri Lestari menceritakan pengalaman saat ia dan mahasiswa FISIP UI lainnya mengadvokasi berdirinya Komite PPKS.

“Mahasiswa ini kan kadang suka aneh gitu ya, ke kampus kok pake tank top?” ujar Zeni meniru ucapan oknum dosen FISIP yang masih diingatnya dengan jelas. Kendati demikian, masih terdapat dosen yang mendukung inisiasi tersebut. Terbukti dengan berhasil dibentuknya Komite PPKS di tingkat FISIP UI.

Mengajak Laki-laki Terlibat dalam Penghapusan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan

Anggota Komite PPKS FISIP UI dari unsur mahasiswa, Zeni Tri Lestari mengajak seluruh audiens untuk membantu dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dengan cara melakukan 5D (Dialihkan, Dilaporkan, Didokumentasikan, Ditenangkan, Ditegur).

“Ini metode penanganan kekerasan seksual yang paling populer secara fisik gitu ya, namanya metode bantu 5D (dialihkan, dilaporkan, didokumentasikan, ditenangkan, dan ditegur) ini adalah langkah-langkah kalau temen-temen melihat kejadian kekerasan seksual secara langsung atau hampir terjadi kalau di transportasi umum, di kampus, atau di wilayah sekitar kita,” ucapnya.

Tak sampai di situ, ia pun menekankan bahwa laki-laki dapat menjadi sekutu perempuan dalam penghapusan kekerasan seksual, diawali dengan membuka selubung privilese laki-laki. Selanjutnya, ia mengajak agar laki-laki menjalankan maskulinitas positif yang menghormati perempuan dan tidak membenarkan kekerasan.

“Kekerasan seksual gak akan berhenti kalau laki-lakinya masih patriarkis, masih menganggap perempuan sebagai objek seksual (semata)” tegasnya.

Sesi Diskusi yang Menginspirasi

Seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor bernama Safira turut terlibat dalam diskusi. Saat diberi kesempatan bertanya kepada pembicara, ia justru mengungkapkan kekagumannya pada mahasiswa dan dosen yang berinisiatif mendiskusikan topik kekerasan seksual di kampus. Ia pun terinspirasi untuk melakukan gerakan serupa di kampusnya.  

“Ya, tadinya ada sedikit mimpi, secercah harapan gitu setelah aku ikut acara-acara dari UI jadi kayak terpantik sih, oh kenapa ya di IPB tuh gak ada hal-hal seperti ini ya? masa ga ada kekerasan seksual? (pasti) ada. Cuma gak ada ruang-ruang diskusi, ruang-ruang yang berani ngomongin isu-isu,” ujar Safira kepada Reporter Suara Mahasiswa usai diskusi berakhir.

Hal senada diungkapkan oleh Gloria, mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang juga anggota Gerakan Pita Ungu. Ia berpendapat bahwa bincang-bincang tersebut membuat dirinya lebih mengenal KBGO dan bagaimana pencegahan serta penanganannya. Kepada Reporter Suara Mahasiswa, ia mengungkapkan harapannya, yaitu suatu saat FIB memiliki Komite PPKS layaknya FISIP.

“Aku dapet banyak banget sih (pelajaran dari sesi diskusi), tentang bagaimana advokasi di fakultas-fakultas, FISIP itu udah bagus banget, ada Komite PPKS-nya, sedangkan untuk fakultas aku (FIB) sendiri tuh gak ada, nah tadi tuh juga di-sharing oleh Kak Zeni dari Komite PPKS FISIP itu, semoga FIB ntar ada (Komite PPKS),” ujar Gloria.

Teks: Miryam Hasudungan S.

Foto: Miryam Hasudungan S.

Editor: M. Rifaldy Zelan

Pers Suara Mahasiswa UI 2023

Independen, Lugas, dan Berkualitas!