Perjuangan Mahasiswa Masih Belum Tuntas

Redaksi Suara Mahasiswa · 18 Februari 2025
3 menit

Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas turun ke jalan untuk berjuang dalam aksi yang bertajuk “Indonesia Gelap” pada Senin (17/02) di kawasan Patung Kuda, Jakarta. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat.

Salah satu kelompok massa aksi merupakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Mereka sudah berkumpul di Lapangan Fakultas Ilmu Politik dan Sosial (FISIP) UI sejak pukul 09.00 WIB. Akan tetapi, mereka baru tiba di titik aksi pada sekitar pukul 15.30 WIB karena adanya penyesuaian jadwal. Sebelum ke Patung Kuda, massa UI terlebih dahulu melakukan longmars dari IRTI, Monas.

Dalam sesi wawancara bersama Suara Mahasiswa, Iqbal Cheisa Wiguna menjelaskan bahwa ada lima tuntutan dalam aksi ini.

“Terkait yang pertama adalah mencabut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025, lalu yang kedua adalah terkait dengan evaluasi total Makan Bergizi Gratis (MBG), yang ketiga adalah penolakan kampus mengelola tambang di RUU Minerba, keempat tunjangan kinerja dosen dan tenaga, lalu yang kelima adalah terkait tata kelola dari pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan,” jelas Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI 2024 sekaligus Koordinator Lapangan Massa UI.

Sesampainya di titik aksi, massa UI segera bergabung dengan massa dari berbagai universitas lainnya, termasuk Muhammadiyah Universitas Bina Sarana Informatika (Binus), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Selama aksi berlangsung, perwakilan badan eksekutif mahasiswa dari berbagai kampus menyampaikan orasinya. Mereka menuntut serangkaian regulasi pemerintahan Prabowo Subianto yang tidak propulis. Tak hanya itu, seruan mahasiswa juga dituliskan melalui beragam spanduk dan poster yang menyoroti sejumlah masalah yang melanda Indonesia.

“Kalian mengadakan makan siang gratis, tapi menghilangkan makan malam untuk satu keluarga!” seru perwakilan dari BEM Universitas Muhammadiyah Tangerang dalam orasinya.

Sementara itu, di tengah semarak aksi, perwakilan dari BEM Prof. Dr. Moestopo University mengajak demonstran untuk mengucapkan sumpah mahasiswa untuk menolak rezim oligarki yang menindas rakyat Indonesia.

Selain mahasiswa, masyarakat sipil juga hadir di depan Patung Kuda saat aksi berlangsung, salah satunya adalah pengemudi ojek online (ojol). “Biasanya gitu, kalau ada postingan mahasiswa, (saya) suka ikut gitu, karena ya, hanya mahasiswa yang bisa dipercaya.” Ia juga berharap agar ke depannya, undang-undang tidak dibuat secara ugal-ugalan.

Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB), Fidela, menyampaikan sejumlah tuntutan dalam aksi demonstrasi yang digelar di depan Patung Kuda. “Di sini kami menitikberatkan pada beberapa tuntutan. Yang pertama (adalah) menuntut pemerintah untuk bisa mengevaluasi secara menyeluruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan juga berjalannya pemerintahan itu sendiri,” ujar Fidela.

Ia juga menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat, izin usaha pertambangan bagi perguruan tinggi, serta persoalan sengketa lahan. “Dan yang terakhir untuk segala kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat. Kami menuntut pemerintah untuk kemudian bisa berbenah dan juga mengevaluasi hal tersebut dan juga (agar) tidak terjadi lagi,” tambahnya.

Dukungan dari Pihak Kemahasiswaan

Direktur Kemahasiswaan dan Beasiswa UI, Sudibyo, menegaskan bahwa dirinya mendukung aksi mahasiswa selama aksi berjalan dengan tertib dan tidak anarkis. Menurutnya, penyampaian aspirasi yang baik bukanlah sebuah masalah.

“Saya rasa, aksi unjuk rasa itu kan kebebasan mengeluarkan pendapat, sejauh itu dilakukan secara elegan, tidak anarkis, no problem, dan itu buat kepentingan orang banyak, nggak ada masalah, ya kan,” tutur Sudibyo kepada Suara Mahasiswa.

Ia juga berharap pemerintah berkenan mendengar tuntutan mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan, “Ya, mudah-mudahan salah satu tuntutan mereka adalah buat kemajuan pendidikan Indonesia dapat didengarkan oleh pemerintah.”

Dihadang Aparat, Perjuangan Belum Usai

Di tengah aksi, pihak aparat sempat meminta massa untuk mundur. Namun, mahasiswa tetap gigih menyuarakan tuntutannya. “Mari kita bersama-sama bersatu untuk memastikan bahwa berjalannya pemerintahan ke depan serta kebijakan pemerintahan ke depan (akan) mengutamakan kepentingan rakyat dan juga berbasiskan ilmu pengetahuan,” pesan Fidela.

Meskipun begitu, aksi ini perlahan berakhir ketika hari menjelang malam. Di bawah koordinasi Aliansi BEM se-UI, massa UI meninggalkan titik aksi pada sekitar pukul 18.30 WIB dan kembali ke IRTI untuk bersama-sama pulang ke UI.

Aksi hari pertama di Jakarta memang telah berakhir. Akan tetapi, aksi “Indonesia Gelap” ini masih berlanjut di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan BEM Seluruh Indonesia (SI) yang mengungkapkan bahwa aksi tersebut akan berlangsung secara berantai di berbagai titik hingga puncaknya pada 20 Februari mendatang yang bertepatan dengan hari pelantikan para kepala daerah terpilih.

Aliansi BEM se-UI sendiri belum memberikan konfirmasi perihal tindak lanjut dari aksi kemarin, termasuk kemungkinan untuk kembali turun pada aksi puncak lusa.

“Bukan sampai menang, tapi sampai tuntas,” jawab Iqbal kepada Suara Mahasiswa perihal durasi aksi.

Teks: Naufal Maulana Ilham, Mona Natalia Christina

Editor: Dela Srilestari

Foto: Naswa Dwidayanti Khairunnisa

Desain: Naila Shafa Zarfani

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, Berkualitas!