Popularitas Batik Challenge, Kamu Ikutan Juga?

Redaksi Suara Mahasiswa · 25 Februari 2021
3 menit

Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya batik. Di Indonesia, batik telah muncul sejak abad ke-18. Meskipun batik telah berusia kurang lebih tiga abad, tetapi eksistensinya masih populer di masyarakat. Belakangan ini, para remaja ramai mengikuti trend #BatikChallenge di TikTok dan Instagram. Hal ini semakin meningkatkan kepopuleran batik.

Tren ini berawal dari tren #AsianChallenge di TikTok yang berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia pun mulai ikut menyuarakan #AsianChallenge versi mereka dengan menggunakan batik, sehingga muncul tren Batik Challenge. Tren Batik Challenge ini pun kemudian merebak ke platform sosial media lainnya diluar TikTok, seperti Instagram. Tren Batik Challenge ini memiliki tujuan yang baik, yakni menormalisasi pemakaian kain atau pakaian bermotif batik yang dipadukan dengan fashion modern di tempat umum sebagai bentuk upaya masyarakat dalam melestarikan serta mengenalkan batik ke seluruh dunia.

Menurut Nanny Sri Lestari, dosen mata kuliah MPK Seni Batik Universitas Indonesia, masih relevannya batik di era modern merupakan hal yang sangat wajar mengingat batik merupakan warisan budaya Indonesia yang bukan dikenal baru satu atau dua hari saja. “Batik yang tetap bisa relevan di era modern ini, merupakan hal yang wajar. Masyarakat Indonesia mengenal batik bukan baru sehari atau dua hari tapi sudah cukup lama. Apalagi ini merupakan warisan budaya, saya rasa batik akan tetap hidup selamanya, dari saat saya berbicara sekarang (hingga nanti—red),” ujarnya.

Di samping tren yang sedang marak ini, latar belakang batik sebagai salah satu budaya warisan di Indonesia juga merupakan hal yang penting. Batik merupakan karya seni budaya masyarakat Jawa yang sangat beragam sehingga berbeda-beda tiap tempatnya.

Latar belakang budaya batik yang beragam sesuai dengan tempatnya menyebabkan makna batik itu sendiri dapat beragam, melalui sudut pandang, cara berpikir dan landasan ilmu pengetahuan masing-masing daerah tersebut. Perbedaan ini bisa dilihat dari beragamnya motif-motif batik yang ada juga arti dibalik motifnya, misalnya daerah Pekalongan yang identik dengan motif Jlamprang, motif ini merupakan hasil dari perpaduan lambang-lambang agama Hindu-Syiwa aliran Tantra yang memiliki makna sakral menghubungkan dunia manusia dan dewa.

Berbeda dengan Kota Solo yang bahkan memiliki dua kampung batik dengan warna dan motif yang berbeda, Kampung Kauman terkenal dengan batiknya yang berwarna gelap dan bermotif klasik yang merepresentasikan motif yang biasa digunakan di Keraton Kasunanan, sedangkan Kampung Laweyan menawarkan batik yang memiliki warna yang lebih terang karena identik dengan apa yang digunakan masyarakat pribumi pada umumnya di masa itu.

Batik era modern tentu berbeda dengan batik pada saat zaman awal dibuat. Tetapi pada dasarnya batik modern tetap memiliki nilai budaya yang sama dan ciri khasnya tidak akan hilang begitu saja walau telah mengalami banyak modifikasi di era modern ini. “Saya analogikan jawaban saya dengan perkembangan fisik manusia. Contohnya, seorang bayi, dua puluh tahun kemudian tidak tetap menjadi bayi, tapi dia menjadi seorang dewasa. Namun identitas fisiknya tetap saja sesuai dengan latar belakang fisiknya. Orang Asia ya tetap memiliki ciri fisik Asia, demikian pula yang lain. Nah batik merupakan bagian dari selera budaya yang sudah mendarah daging, jadi otomatis tidak bisa hilang begitu saja, batik akan bertahan sesuai dengan zamannya,” tutur Nanny.

Tren Batik Challenge ini menuai beragam respons dari masyarakat. Banyak orang mendapat pujian dari publik karena menggunakan fenomena tren ini dengan benar, tetapi, tidak sedikit orang melakukannya dengan cara yang kontroversial sehingga menimbulkan komentar buruk.

Menurut Nanny, tren Batik Challenge ini bukanlah hal yang buruk selama tidak merusak citra batik itu sendiri, “Namun, sekali lagi anak-anak muda ini ya harus berhati-hati jangan sampai merusak warisan budaya ini,” ujar Nanny. Ia juga menyampaikan bahwa yang harus kita perhatikan sebagai penerus bangsa agar dapat menjaga warisan ini adalah dengan menyesuaikan zaman dan penggunaan batik.

Teks: Allya Shafira, Ari Mawangi, Rizky Mahardhika, Fitri Hasanah
Foto: Ari Mawangi
Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!


Sumber:

https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/kampung-batik-laweyan/

https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/destinations/kampung-batik-kauman/

https://kampoengbatiklaweyan.org/sejarah-batik-laweyan/

https://www.cintapekalongan.com/sejarah-batik-jlamprang-motif-khas-kota-pekalongan/