Realisasi PTM di UI Terombang-Ambing Kondisi Pandemi

Redaksi Suara Mahasiswa · 7 Februari 2022
3 menit

Setelah sebelumnya maju-mundur dalam menetapkan kebijakan perkuliahan luring bauran (hybrid), Universitas Indonesia (UI) kini mantap mewujudkan wacana perkuliahan hybrid pada 2022. Imbauan mengenai perkuliahan sistem hybrid tersebut telah diedarkan dan dilaksanakan di beberapa fakultas UI. Dalam pelaksanaannya, sejumlah fakultas yang memilih menerapkan perkuliahan secara hybrid menetapkan aturan berbeda-beda dengan tetap berpegang pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terbaru tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 sebagai acuan utama.

Sayangnya, rencana kuliah luring tersebut terbentur lonjakan kasus gelombang ketiga (third wave) wabah Covid-19 di Indonesia. Sudah barang tentu hal ini menjadi kondisi baru yang harus dipertimbangkan oleh pihak kampus serta menjadi salah satu dilema besar bagi para mahasiswa yang hendak mengikuti perkuliahan luring. Merespon dilema tersebut, UI menyerahkan kembali kebijaksanaannya kepada tingkat fakultas penyelenggara perkuliahan luring.

Kebijakan Tiap-Tiap Fakultas Penyelenggara Perkuliahan Hybrid

Sejumlah fakultas yang menyelenggarakan perkuliahan luring disinyalir memiliki kebijakan dan sistem perkuliahan luring yang berbeda. Dengan pertimbangan kondisi mahasiswa dan pandemi, mayoritas fakultas mengadakan kuliah luring dengan sistem bauran (hybrid). Sistem tersebut memungkinkan para mahasiswa menghadiri perkuliahan baik secara luring maupun daring. Hal ini merupakan wujud penyesuaian terhadap sistem pembelajaran dan sarana/prasarana masing-masing fakultas dalam masa pandemi Covid-19.  

Mayoritas fakultas yang mengadakan PTM bauran adalah fakultas yang memiliki mata kuliah praktikum, seperti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), serta beberapa fakultas yang termasuk ke dalam Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK). Di samping itu, sebagian kecil fakultas rumpun ilmu sosial dan humaniora juga turut menyelenggarakan PTM bauran, seperti Fakultas Psikologi (FPsi) dan Fakultas Hukum (FH).

Pertimbangan akan sistem dan kebijakan didasarkan pada kebutuhan tiap-tiap fakultas yang mengadakan perkuliahan luring seperti menitikberatkan praktikum sebagai salah satu alasan utamanya. FMIPA misalnya, salah satu fakultas yang menerapkan Perkuliahan Tatap Muka Terbatas (PTMT) sejak minggu pertama kuliah. FMIPA menetapkan perkuliahan luring untuk mata kuliah praktikum dan nonpraktikum dengan waktu terbatas, serta hanya berlaku bagi para mahasiswa angkatan 2020 atau yang kini tengah menginjak semester 4. Selain itu, hanya mahasiswa yang telah divaksin yang dapat mengikuti PTMT. Informasi tentang pelaksanaan perkuliahan luring ini disampaikan secara resmi oleh fakultas melalui surat edaran dan sosialisasi departemen dan prodi FMIPA.

Peraturan yang berbeda diterapkan oleh FH, seperti jumlah maksimal dosen sebanyak tiga orang di dalam kelas serta kapasitas kelas mahasiswa. Apabila kuliah dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring), zooming hanya dapat menggunakan komputer kelas karena sudah terkoneksi dengan kamera yang disediakan. Bagi yang melaksanakan perkuliahan secara luring, dosen dan mahasiswa wajib mengisi daftar hadir tatap muka. Lalu, setelah sesi perkuliahan selesai, dosen dan mahasiswa diwajibkan segera meninggalkan ruangan karena petugas akan mensterilkan kembali. Selain hanya terbuka untuk mahasiswa yang sudah divaksin, perkuliahan bauran di FPsi hanya dibuka terbatas untuk mahasiswa yang tinggal di daerah Jabodetabek.

Namun, setelah menyebarkan aturan tersebut, secara mendadak pelaksanaan perkuliahan luring di FH ditunda karena pertimbangan atas peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Jabodetabek. Hal senada juga dilakukan oleh fakultas lainnya, seperti Fakultas Psikologi yang menunda pelaksanaan perkuliahan hybrid minggu pertama dan kedua. Dilansir dari pemberitahuan di SIAK-NG FPsi, penundaan ini dikarenakan Fakultas Psikologi ingin meninjau kembali urgensi kuliah luring dan mempertimbang risiko yang mungkin terjadi. UI sendiri berkomitmen untuk sepenuhnya menerapkan protokol kesehatan demi keamanan dan kenyamanan bersama. Berbeda dengan FISIP yang sejak sebelum kuliah sudah mengambil keputusan untuk tetap daring. Hal ini juga didasari pertimbangan kenaikan angka kasus serta mahasiswa yang berasal dari daerah luar Jabodetabek yang harus Indekos hanya untuk beberapa matkul saja.

Mahasiswa dan Dilematis Kuliah Hybrid

Perkuliahan hybrid menjadi salah satu wacana yang disambut cukup antusias mayoritas mahasiswa. Para mahasiswa, terutama angkatan 2020 dan 2021 yang memasuki jenjang kuliah pada masa pandemi, mengaku sudah sejak lama menantikan momen kuliah di area kampus secara langsung.

Mahasiswa luar daerah telah sejak jauh hari mempersiapkan diri menyambut perkuliahan secara luring dengan merantau ke wilayah kampus. “Awalnya ga dibolehin ngekos sama ortu, tapi kalau ga ngekos PP-nya (read: Pulang-Pergi) jauh banget, jadi akhirnya milih uji coba dulu nih ngekos sebulan. Mulai cari kosan juga mepet banget, karena dari kemarin kan masih wacana, jadi belum ada kepastiaan,” ujar Tara, salah satu mahasiswa FMIPA UI dari luar wilayah Depok.

Di samping pengakuan antusiasme dan persiapan yang dilakukan, terdapat dilema dan kekhawatiran dari para mahasiswa terkait kuliah di tengah pandemi. “Sejujurnya saya takut mengingat angka positif Covid sedang tinggi-tingginya. Namun, jika terlalu lama online, takutnya ga bisa ngejar praktik,” kata  Tara menambahkan.

Selain terkait kondisi pandemi, adaptasi sistem daring dan luring juga menjadi salah satu perkara yang membawa dilematis bagi mahasiswa. Salah satunya adalah pernyataan terkait sistem daring sebagai salah satu metode yang cukup memudahkan perkuliahan karena semuanya dapat dengan mudah dan cepat dilakukan di rumah. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu mahasiswa FISIP yang enggan menyebutkan namanya, “menurutku kuliah online itu nyaman ya. Karena sejujurnya lebih hemat tenaga dan waktu soalnya semua serba dilakukan di rumah, ga perlu banyak mobilisasi dan mudah aja gitu,” tuturnya.

Akan tetapi, di balik kemudahan serta kenyamanan pembelajaran daring, Ia juga mengaku tetap butuh bersosialisasi dan kerap merindukan kehadiran teman-teman kuliah. Hal tersebutlah yang menjadi dilematis menurutnya, “[...] tapi aku lebih suka kalau bisa ketemu teman-teman. Belajar di rumah itu cukup menjenuhkan karena semuanya dilakukan sendiri, terus aku cukup kangen juga ketemu temen-temen. [...] selama pandemi ini ketemu cuma sesekali saat ada acara angkatan aja, jadi ya kangen juga”.

Teks: Kamila Meilina, Magdalena Natasya, Humairah Dila

Foto: Muhammad Azkal Fuady

Editor: Dian Amalia Ariani

Pers Suara Mahasiswa UI 2022

Independen, Lugas, dan Berkualitas!