Logo Suma

Rektor UI Akui Kecolongan Usai Hadirkan Akademisi Pro-Zionis

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 Agustus 2025
5 menit

Universitas Indonesia (UI) menuai kritik keras setelah menghadirkan Peter Berkowitz, akademisi asal Hoover Institution, Stanford University, dalam kegiatan Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana pada Sabtu (23/8). Kehadiran Berkowitz dipermasalahkan karena ia dikenal sebagai akademisi yang mendukung gerakan zionisme.

Acara PSAU sendiri digelar sebagai agenda tahunan untuk menyambut mahasiswa baru program pascasarjana. Tahun ini, acara tersebut menampilkan sejumlah tokoh, antara lain Heri Hermansyah selaku rektor UI, serta akademisi Massachusetts Institute of Technology (MIT) bernama Sigrit P. Santosa. Namun, nama Berkowitz menjadi sorotan utama publik setelah poster resmi kegiatan beredar luas.

Berkowitz dikenal sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam lingkar kebijakan Amerika Serikat dan Israel. Ia merupakan Co-founder sekaligus Direktur Israel Program on Constitutional Government, serta anggota dewan penasihat kebijakan di Ethics and Public Policy Center (EPPC) Amerika Serikat.

Ia juga tercatat sebagai pendukung Presiden Donald Trump dan mantan Presiden George W. Bush. Pada 2019, ia diangkat sebagai Direktur Perancangan Kebijakan di pemerintahan Trump periode pertama. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Direktur Akademik dalam program Tikvah Fund’s Summer Institute berjudul “The Jewish State: Democracy, Freedom, and Virtue.”

Berdasarkan rekam jejak publikasinya, Berkowitz dikenal sebagai akademisi yang banyak menulis mengenai politik Timur Tengah. Tulisan-tulisannya secara terbuka membela eksistensi negara Israel seperti Israel and the Struggle over the International Laws of War (2012). Hal ini membuatnya dinilai sebagai sosok yang pro-Zionis.

“Kita mengenal Berkowitz sebagai tokoh yang menyerang institusi-institusi internasional yang menuduh Israel melanggar hukum internasional dengan tuduhan ‘lawfare’ dan menulis kolom-kolom yang menjustifikasi tindakan Israel terhadap Palestina,” ungkap Shofwan Al-Banna, dosen Hubungan Internasional UI, dalam wawancara tertulis bersama Suara Mahasiswa UI.

Keterkaitan antara Berkowitz dengan PBNU

Dalam pidatonya pada ajang PSAU, Berkowitz membahas bagaimana ilmu yang dipelajari di universitas dapat menjadi komoditas sekaligus menekankan peran universitas dalam menjaga demokrasi.

Your constitution protects basic rights, starting with religious liberty, freedom of speech, association, the press, and assembly,” tutur Berkowitz yang dinilai berkontradiksi dengan realitas abainya negara dalam memperjuangkan hak-hak dasar warga negaranya.

Di panggung PSAU, ia juga tiba-tiba menyinggung bahwa pada 2019, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghubunginya terkait dokumen yang dirilis oleh Commission on Unalienable Rights di bawah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Komisi ini dibentuk oleh Mike Pompeo, mantan Direktur CIA yang pada tahun tersebut menjabat sebagai Secretary of State.

Melalui komunikasi itu, PBNU kemudian mengundang Pompeo ke Indonesia, yang terealisasi pada Oktober 2020. Saat itu, Berkowitz menjabat sebagai sekretaris di komisi tersebut.

“... And about weeks after the report was published, I received an email in my office from an advisor to an organization of which I had never before heard. It was called Nahdlatul Ulama. Have any of you ever heard of this organization? Nahdlatul Ulama. Yeah, you heard of it,”  tutur Berkowitz dalam orasinya.

Reaksi Publik terkait Hadirnya Berkowitz

Di media sosial X, @aufufufafa mengunggah responsnya terhadap UI yang menghadirkan sosok zionis di panggung PSAU. Ia menyebut bahwa anggapan “UI Zionis” yang sebelumnya hanya dianggap candaan ternyata terasa benar adanya setelah munculnya kasus ini.

Kecaman serupa juga datang dari UI Students for Justice in Palestine (UISJP) melalui akun media sosial X, @uisjp_idn. Mereka menilai bahwa langkah UI yang menghadirkan Berkowitz bertentangan dengan semangat mahasiswa dan dosen yang selama ini aktif menyuarakan dukungan untuk Palestina.

Sebagai bentuk protes, beredar pula poster satire bertajuk “Pengenalan Zionis Akademik Universitas (PZAU)” yang menggantikan nama resmi PSAU. Poster tersebut menggambarkan sosok Berkowitz dengan latar bendera Israel, disertai sindiran kepada rektorat yang dianggap “sengaja” menghadirkan akademisi pro-Zionis.

UI Klarifikasi Terkait Kehadiran Berkowitz

Perdebatan semakin memanas dan kontroversi kian meluas. Terjadi ketegangan di kalangan mahasiswa dan dosen yang mengutuk keras diundangnya tokoh zionis.

Alumni UI, Achmad Nur Hidayat pun merilis surat terbuka yang menyatakan kekecewaannya. Ia mempertanyakan kompas moral UI dalam isu genosida dan penjajahan.

Sehari setelah itu (24/8), Rektor UI Heri Hermansyah membuat postingan di akun Instagram pribadinya, @heri.hrmansyah, yang menunjukkan sebuah foto dirinya bersama Duta Besar Palestina Zuhair Al-Shun dalam sebuah kunjungan resmi yang diadakan di UI. Dalam postingan tersebut, Heri menekankan bahwa UI mendukung penuh kemerdekaan Palestina.

Melalui wawancara bersama Suara Mahasiswa UI pada Minggu (24/8), Heri Hermansyah mengirimkan pernyataan klarifikasi.

Pernyataan klarifikasi tersebut mengklaim bahwa lolosnya Peter Berkowitz selaku pembicara dalam acara PSAU sehari sebelumnya adalah murni kelalaian penanggung jawab acara dalam melakukan background checking.

Berkowitz dinilai sebagai figur akademik yang tepat dalam menyampaikan materi di bidang humaniora dan saintek, padahal, dalam pidato tersebut, Berkowitz hanya menyampaikan tentang hubungan antara kemampuan akademik dengan pembangunan nasional dan demokrasi. Hal ini kemudian memantik kecurigaan akan adanya kepentingan lain.

“Ini kita kecolongan tidak melakukan background check, sama sekali nggak kepikiran urusan zionis. Simply [di] acara induksi mahasiswa pasca[sarjana ini], kita menghadirkan akademisi dan alumni dari universitas terkemuka di dunia. Kita hadirkan akademisi Stanford University bidang soshum humanitarian dan alumni MIT bidang STEM untuk induksi research university bagi mahasiswa pasca[sarjana]. Dan bahkan [telah] ditambahkan pelepasan 285 dosen dan mahasiswa [yang mengikuti] Ekspedisi Patriot supaya mahasiswa pasca[sarjana] kita bisa berkontribusi nyata di tahun 2026 kelak [melalui] Program Patriot. UI mendukung penuh kemerdekaan Palestina,” ungkap Heri.

Ia pun menyertakan foto-fotonya bersama Zuhair Al-Shun dari dokumen Humas UI. “Sebagai tambahan, [foto] ini bisa dicek. Di awal periode, Rektor Heri Hermansyah menerima Duta Besar Palestina di UI, mendukung penuh kemerdekaan Palestina dan siap bekerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sebagai dukungan nyata bagi Palestina.”

Skandal ini tentu menjadi tinta merah yang mencoreng nama besar UI sebagai institusi yang mengkaji dan menjunjung tinggi pemenuhan hak asasi manusia. “Sangat mengecewakan dan bertentangan dengan veritas, probitas, iustitia,” tegas Shofwan Al-Banna.

Ia menambahkan, “Di tengah genosida yang sedang berlangsung dan bahkan semakin kejam, tentu hal ini berisiko membuat UI dipersepsikan abai dan bahkan mendukung pelanggaran HAM dan hukum internasional.”

Shofwan menegaskan bahwa UI seharusnya mengikuti langkah institusi-institusi yang mendukung kemerdekaan Palestina, seperti American Anthropologist Association (AAA), daripada mengundang pemateri dengan latar belakang problematik seperti Berkowitz.

Shofwan mengapresiasi pihak rektorat yang telah menyampaikan klarifikasi dan menegaskan dukungannya pada kemerdekaan Palestina. Namun, ia menegaskan bahwa klarifikasi tersebut harus disertai dengan langkah-langkah jelas untuk memastikan bahwa tindakan UI ke depan tetap sesuai dengan nilai-nilai UI,  UUD 1945, dan Pancasila, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan isu genosida dan apartheid.

“Berhadapan dengan genosida dan apartheid, UI memiliki tanggung jawab moral untuk berada di garis terdepan perlawanan,” pungkas Shofwan.

Teks: Cut Khaira, Rachel Aulia

Editor: Naswa Dwidayanti Khairunnisa

Foto: Istimewa

Desain: Aqilah Noer Khalishah

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!