Logo Suma

Rektorat Minta Maaf, Mahasiswa: Tidak Cukup!

Redaksi Suara Mahasiswa · 26 Agustus 2025
3 menit

Di bawah awan mendung yang menggantung, puluhan sivitas akademika Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi simbolik sebagai bentuk penolakan terhadap keputusan Direktorat Kemahasiswaan (Dirmawa) UI yang menghadirkan Peter Berkowitz dalam kegiatan PSAU Pascasarjana 2025 pada Sabtu (23/08) lalu.

Aksi bertajuk UISJP 2025: Zionists Unabled from UI diinisiasi dan dikoordinasikan langsung oleh UI Students for Justice in Palestine (UISJP) bersama sejumlah elemen mahasiswa lintas fakultas dan para dosen. Lapangan Rotunda UI menjadi titik awal berlangsungnya aksi pada Senin (25/08).

Tidak hanya mahasiswa, dosen turut menyuarakan kecaman terhadap pihak kampus yang telah memberi ruang bagi akademisi yang berpihak pada praktik genosida. Hal ini terbukti dari berbagai publikasi ilmiah Peter Berkowitz.

Sebagaimana dinyatakan dosen Hubungan Internasional, Shofwan Al Banna, bahwa praktik genosida bukan hanya dilakukan oleh mereka yang melahirkan pertumpahan darah, melainkan juga dilakukan oleh mereka yang menyusun kata-kata pembelaan dan memberikan pembenaran terhadap kejahatan kemanusiaan. “Itulah Peter Berkowitz!” serunya di tengah-tengah massa aksi.

Meski pada pemaparan materi Peter Berkowitz tidak secara langsung membahas isu yang sedang terjadi di Palestina, pihak UISJP menegaskan bahwa aksi ini tetap penting untuk dilakukan. Menurut Razan selaku Ketua UISJP, memberikan ruang bagi figur yang dikenal mendukung zionisme sama saja dengan membuka jalan legitimasi terhadap praktik genosida dan segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia.

“Kami menuntut komitmen nyata [dan] konkret [dari pihak rektorat], tidak hanya sekadar jawaban politis dan diplomatis,” pungkas Razan dalam wawancara bersama Suara Mahasiswa UI.

Massa Aksi Menggugat Rektorat

Penyampaian orasi oleh Razan dan rekannya mengawali aksi pada pukul 15.30 WIB. Tuntutan ditekankan dengan menyoroti keputusan rektorat dalam mengundang zionis masuk kampus yang dianggap amat menyalahi nilai-nilai UI, bahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) yang mengakui bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa.

Oleh karena itu, dilantangkanlah pembacaan Undang-Undang Ikatan Keluarga Mahasiswa (UU IKM) UI beserta UUD NRI oleh perwakilan dari Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Berharap lebih didengar, massa aksi pun melakukan mobilisasi dan mengikis jarak di depan Gedung Rektorat. Gelora semangat memperjuangkan kemerdekaan Palestina kian dikobarkan melalui orasi demi orasi.

Di tengah penyampaian aspirasi dari kalangan mahasiswa, massa aksi dikejutkan oleh perdebatan sengit antar Dosen Pascasarjana Ilmu Politik UI, Irwansyah, dan perwakilan Direktorat Kemahasiswaan (Dirmawa), Chandra. Perdebatan tersebut memicu ketegangan di tengah jalannya aksi, hingga Irwansyah turut mengajak Chandra untuk maju menemaninya dalam menyampaikan orasi.

Irwansyah menegaskan bahwa keputusan UI mengundang Peter Berkowitz adalah bentuk pengkhianatan terhadap solidaritas sejarah Indonesia dan Palestina. “Palestina merupakan kelompok pertama yang mengaku kemerdekaan Indonesia. Namun, UI justru mengkhianati itu dengan membuka ruang bagi zionisme di kampus ini,” tegasnya dalam orasi yang disambut sorak dukungan massa.

Massa aksi kemudian mendesak komitmen dari pihak Dirmawa terkait langkah konkret berstandar tinggi untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Di atas kain putih yang dinamakan wall of commitment, pernyataan komitmen pun ditandatangani oleh Chandra, tetapi hanya atas nama pribadi, bukan sebagai pihak Dirmawa. Kontan massa aksi menyerukan ketidakpuasan.

Semangat massa aksi tak lantas surut meski sore hari dibungkus dingin dan deras hujan. Aspirasi massa tetap dikemukakan di bawah naungan Gedung Rektorat. Suasana aksi kembali ramai ketika didatangi oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, Prof. Hamdi Muluk, bersama Rizal E. Halim selaku Kepala Badan Penjamin Mutu dan Pengawasan Internal.

Keduanya menyampaikan bahwa pihak UI sepenuhnya berada di pihak Palestina dan turut menuntut kemerdekaan rakyat Palestina. Permohonan maaf atas ‘kelalaian’ background checking kembali dilayangkan, tetapi massa aksi sepakat bahwa kata ‘maaf’ tidaklah cukup. Bersama para massa aksi, Hamdi dan Rizal menandatangani wall of commitment.

Sebelum menutup aksi, Razan kembali menyampaikan dua poin tuntutan yang dibawa dalam aksi simbolik kali ini sebagai kecaman bagi pihak Dirmawa untuk menindaklanjuti isu pengundangan Peter Berkowitz dan mendesak adanya transparansi. Tuntutan tersebut di antaranya sebagai berikut:

Mengecam dan menolak keras pengundangan Peter Berkowitz dalam PSAU Pascasarjana UI 2025 yang sangat bertentangan dengan nilai yang dianut UI. Kehadiran figur zionisme bertentangan dengan semangat konstitusi dan sikap politik luar negeri Indonesia yang menolak segala bentuk penjajahan.

Menuntut komitmen nyata dari UI bahwa kampus selalu bersama Palestina. Komitmen tersebut bukan hanya pernyataan secara seremonial, melainkan langkah konkret, seperti kerja sama akademisi dengan lembaga pendidikan Palestina, program solidaritas kemanusiaan, dan kebijakan kampus yang menolak ruang bagi normalisasi zionisme.

Aksi diakhiri dengan penandatanganan komitmen di kain putih oleh perwakilan sivitas dan pimpinan universitas. Meski begitu, perjuangan untuk mengusir zionis dari kampus belumlah usai. “Usir, usir, usir zionis! Usir zionis sekarang juga!” seru massa aksi sore itu.

Chandra selaku perwakilan Dirmawa pun menjanjikan bahwa esok pihak rektorat akan segera menemui perwakilan UISJP untuk memberikan penjelasan terkait isu pengundangan Peter Berkowitz.

Diiringi rintik hujan dan hari yang semakin gelap, sorakan “Free, Free Palestine!” tetap menggema dengan semangat yang membara di jantung Universitas Indonesia sebagai simbol solidaritas dan menegaskan penolakan sivitas terhadap zionisme. Kampus perjuangan memang sudah semestinya menentang penjajahan!

Teks: Alya Putri Granita, Putu Sekarasri Upadani

Editor: Naswa Dwidayanti Khairunnisa

Foto: Putu Sekarasri Upadani

Desain: Aqilah Noer Khalishah

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!