Resensi: Gadis Kretek

Redaksi Suara Mahasiswa · 18 Februari 2024
3 menit

Raungan Kebangkitan Perempuan

Judul : Gadis Kretek

Sutradara : Kamila Andini,Ifa isfansyah

Produser :  Kamila Andini,Ifa isfansyah

Genre : Drama,Sejarah,dan Romansa

Tanggal Rilis : 2 November 2023

Durasi : 60-70 Menit dalam lima episode

Pemain :Dian Sastro, Sheila Dara, Putri Marino,Ario Bayu,Rukman Rosadi,Tissa Sabina,Ine Febriyanti.

"Dan… saya ingin membawa mimpi itu kemanapun saya melangkah"

Siapapun berhak bermimpi tanpa memandang status sosial dan gender seseorang, tetapi masih banyak pandangan-pandangan yang mengatakan bahwa “Perempuan cukup di dapur saja” ” Gak usah sekolah tinggi-tinggi”. Hal ini juga dialami oleh Jeng Yah tapi dia berusaha keluar dari paradigma tersebut dengan melakukan gebrakan dengan penuh keberanian.

Film yang banyak  Disorot karena gayanya yang nyentrik dan Menarik

Dalam sorotan industri film Indonesia belakangan ini, "Gadis Kretek: Raungan Kebangkitan Perempuan" menjadi buah bibir karena menyajikan tema yang nyentrik dan menarik dibandingkan produksi series lokal lainnya. Film ini menggambarkan realitas tantangan dan penindasan yang dihadapi perempuan, khususnya melalui perjalanan karakter Jeng Yah, seorang anak cerdas pemilik pabrik Kretek Merdeka. Jeng Yah selalu bercita-cita untuk meracik saus kretek sendiri demi kemajuan usaha ayahnya. Namun, keinginannya terhalang oleh norma patriarki yang melarang perempuan meracik saus dengan mitos bahwa saus akan menjadi asam jika dimasuki perempuan. Dalam perjuangannya, Jeng Yah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidaksetaraan gender dan peran sosial yang merendahkan perempuan dalam masyarakat.

Film ini bukan hanya sekadar kritik terhadap ketidaksetaraan, tetapi juga menggambarkan keberanian dan ketangguhan perempuan dalam menemukan suara mereka serta menentang penindasan. Dian Sastro, yang memerankan Jeng Yah, memberikan penampilan penuh inspirasi, terutama dalam adegan di mana karakternya berani mendobrak norma yang membatasi perempuan di dunia bisnis kretek.

Dalam perjalanan karakter utama, penonton diajak untuk merenung dan berpikir lebih kritis tentang norma sosial yang membatasi perempuan. Adegan di mana Jeng Yah dihadapkan pada penolakan dan hinaan dari sesama pekerja pabrik mencerminkan kekuatan persaudaraan dan solidaritas di antara perempuan. Film ini mengajak penonton untuk bersama-sama merenung tentang peran mereka dalam memerangi ketidaksetaraan gender dan mendukung perubahan sosial positif.

Sebuah kutipan dalam film memberikan dorongan: "Ketika perempuan menemukan suara mereka, dunia harus mendengarkan. Kesetaraan bukan hanya hak, tapi sebuah keharusan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan inklusif."

Dengan atmosfer yang kuat dan cerita yang menggugah, "Gadis Kretek" memberikan kontribusi berharga dalam mengeksplorasi isu-isu perempuan dan menginspirasi perubahan menuju masyarakat yang lebih inklusif.

Dalam film yang sedang menjadi perbincangan hangat, "Gadis Kretek: Raungan Kebangkitan Perempuan," terdapat sejumlah aspek positif dan negatif yang memberikan dimensi unik pada pengalaman menonton.

Sebagai nilai tambah, film ini sukses menghadirkan pandangan mendalam terhadap isu-isu sosial yang terkadang diabaikan, terutama dalam konteks ketidaksetaraan gender dan penindasan perempuan. Cerita mengikuti perjalanan karakter Jeng Yah, anak cerdas pemilik pabrik kretek, yang berusaha meracik saus kretek untuk mendukung usaha ayahnya. Dalam upayanya, film menghadirkan pemberdayaan karakter perempuan dengan gambaran kuat tentang keteguhan dan keberanian Jeng Yah melawan norma patriarki.

Film ini juga memberikan dampak positif melalui narasinya yang menggugah dan penuh inspirasi. Penonton diajak merenung tentang peran mereka dalam memerangi ketidaksetaraan gender dan mendukung perubahan positif dalam masyarakat. Kekuatan persaudaraan juga menjadi fokus, menunjukkan bahwa solidaritas di antara perempuan memiliki peran kunci dalam menghadapi ketidakadilan.

Di sisi lain, film ini memiliki beberapa aspek negatif. Beberapa elemen cerita mungkin terkesan klise, terutama dalam konflik saus kretek yang bisa dianggap terlalu dramatis. Selain itu, pesan film terkadang terlalu tegas, meninggalkan sedikit ruang untuk penonton menafsirkan secara pribadi. Karakterisasi yang kurang mendalam pada beberapa karakter pendukung juga menjadi kelemahan, sehingga cerita terfokus pada Jeng Yah sebagai karakter utama.

Meskipun film berusaha mengatasi stereotip gender, beberapa adegan atau dialog masih memiliki potensi untuk menguatkan stereotip tersebut. Ini dapat mengurangi dampak positif pesan kesetaraan gender yang ingin disampaikan oleh film.Secara keseluruhan, "Gadis Kretek" memberikan kontribusi yang berharga dalam menyuarakan isu-isu perempuan dan menginspirasi perubahan menuju masyarakat yang lebih inklusif. Meski demikian, film ini tetap memunculkan beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh penontonnya.



Penulis: Rahel Sinaga

Foto: Netflix

Editor: Sekar Innasprilla

Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!