Resensi How to Make Millions Before Grandma Dies, Film Terlaris Thailand di Indonesia

Redaksi Suara Mahasiswa · 5 Agustus 2024
3 menit

Sutradara : Pat Boonnitipat
Pemain: Putthipong Assaratanakul dan Usha Seamkhum
Produksi : GDH 559
Tahun : 2024
Durasi : 106 Menit
Tema : Keluarga
Rating: 4.85/5.00

SINOPSIS
Seorang pria bernama M berhenti dari pekerjaannya sebagai gamers untuk merawat neneknya yang sedang sakit dan  tidak memiliki waktu banyak untuk hidup. Termotivasi dari perbuatan dan perkataan sepupunya, “Tahukah kamu apa yang diinginkan oleh orang tua tapi tak bisa dipenuhi oleh anak mereka? Waktu”, M merencanakan memenangkan hati sang nenek sebelum meninggal dengan memberikan waktunya agar ia bisa mendapat warisan setelah neneknya meninggal.

Konflik yang Relevan dengan keluarga Asia
"How to Make Millions Before Grandma Dies" mengisahkan keluarga Amah, seorang nenek yang memiliki tiga anak dengan kehidupan yang berbeda-beda. Kiang, anak tertua, mapan secara finansial dan telah berkeluarga. Chew, anak perempuan satu-satunya, hidup berdua dengan M, anaknya yang masih remaja. Sementara Soei, anak bungsu, masih berjuang mencari pekerjaan tetap. Masing-masing anak memiliki harapan dan masalah pribadi terkait Amah, terutama mengenai warisan.

Adanya campur tangan dan keinginan tersembunyi M, anak tunggal Chew, untuk menjadi ahli waris menciptakan ketegangan dan memicu konflik antar mereka. Sementara itu, Amah, yang sudah menyadari ambisi cucunya, berusaha menjaga keharmonisan keluarga yang dipenuhi konflik sambil menghadapi kehidupan bersama M yang tinggal di rumahnya dengan waktu hidupnya yang semakin terbatas.

Film ini berhasil menggambarkan berbagai konflik yang sering terjadi dalam keluarga Asia. Terutama dinamika hubungan keluarga mengenai masalah warisan dan hubungan interaksi antara orang tua dan anak. Tidak hanya berfokus pada kisah M, seorang cucu yang berambisi mendapatkan warisan oleh neneknya, penonton juga diajak untuk melihat kisah lain dari sudut pandang orang tua yang semakin merasa kekurangan waktu dengan keluarga di usia lansia. Keinginan M untuk mendapatkan warisan, meskipun dengan cara yang kurang terpuji, menjadi cerminan dari realitas yang kerap ditemui dalam masyarakat. Di satu sisi, kita melihat bagaimana orang tua dihormati dan dijaga, namun di sisi lain, ada pula ambisi tersembunyi yang muncul ketika masalah harta warisan dipertaruhkan.

Anak laki-laki dapat aset, anak perempuan dapat kanker.

Kalimat di atas merupakan potongan kalimat dari film yang penulis ingat betul. Menyinggung isu misoginis–patriarki yang masih banyak ditemui di keluarga Asia, mampu membuat para penonton lebih terhanyut dalam film karena mungkin dirasa relate dengan keseharian di dunia nyata.

Pengambilan Latar yang Detail dan Sinematografi yang Indah
Pat Boonnitipat, sang sutradara, menunjukkan ketelitiannya dalam membangun suasana film. Latar tempat yang otentik dan latar suara yang mendukung di setiap adegan berhasil menciptakan pengalaman menonton yang imersif. Penonton diajak untuk merasakan atmosfer keluarga Asia yang hangat sekaligus kompleks. Mulai dari suasana rumah nenek yang penuh kenangan hingga hiruk pikuk stasiun dan pasar tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Walaupun film ini dibuat di Thailand, sebagai sesama negara Asia Tenggara, penulis yakin kamu tidak akan banyak merasa asing dengan beberapa latar tempat dari film ini. Beberapa adegan mungkin akan mengingatkanmu dengan kehidupan sehari-hari yang kamu lalui. Bagi civitas UI, mungkin akan teringat dengan suasana ketika menunggu kereta di stasiun, ketika harus berlompat demi menghindari genangan air saat mau masuk kelas, hingga ketika menyusuri gang-gang kecil di sekitar UI.

Pengambilan gambar dalam film ini patut diacungi jempol. Sudut pandang kamera yang bervariasi dan penggunaan warna serta color grading yang tepat berhasil menciptakan visual yang memanjakan mata. Beberapa adegan, seperti saat M dan Amah berjalan-jalan di sekitar rumah, berjualan di pasar, hingga saat mereka makan malam bersama, terasa begitu hangat dan intim berkat sinematografi yang indah.

Humor yang Segar dan Menghibur
Meskipun mengangkat tema yang serius, film ini tidak lupa menyelipkan unsur humor yang segar dan menghibur. Beberapa adegan komedi yang dihadirkan mampu mengundang tawa penonton, sekaligus menjadi penyeimbang di tengah ketegangan yang mewarnai alur cerita.

Akting yang Natural dan Mengena
Para aktor dalam film ini berhasil menghidupkan karakter-karakter mereka dengan sangat baik. Putthipong Assaratanakul sebagai M mampu menampilkan berbagai emosi yang kompleks, mulai dari ambisi yang membara hingga penyesalan yang mendalam. Pemeran Amah, Usha Seamkhun, juga mampu memerankan seorang nenek yang lucu, cuek, tapi diam-diam perhatian. Kombinasi penokohan dan akting keduanya membuat film ini menjadi lebih hidup dan menyentuh hati.

Kekurangan
Salah satu kelemahan film ini adalah ritme penceritaan yang cenderung lambat dan pemilihan soundtrack yang menenangkan. Pace film yang sedikit lambat dan latar suara yang menenangkan, meski sesuai dengan suasana film, dapat membuat orang cenderung bosan dan mengantuk. Beberapa adegan yang dirasa tidak perlu memberikan kesan berlarut-larut dan kurang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan plot. sehingga, hal ini dapat membuat penonton merasa bosan, terutama jika mereka mengharapkan alur cerita yang lebih cepat dan dinamis.

Pesan Moral
Di balik konflik dan intrik perebutan harta, film ini menyampaikan pesan moral yang penting tentang arti keluarga dan kasih sayang. M, yang awalnya termotivasi oleh materi, akhirnya menyadari bahwa nilai-nilai kekeluargaan jauh lebih berharga daripada harta benda. Penonton diajak untuk merenungkan kembali prioritas hidup dan menghargai setiap momen bersama orang-orang terkasih.

Rekomendasi
Cocok untuk ditonton bersama keluarga atau orang-orang terdekat. Sedia tisu sebelum nonton!!! karena film ini mungkin akan menguras banyak air mata kamu.

Teks: Naura Amalia Shaliha
Editor: Dita Pratiwi
Foto: Detikcom
Pers Suara Mahasiswa
Independen, Lugas, dan Berkualitas!