Judul : Ngeri-Ngeri Sedap
Sutradara : Bene Dion
Produser : Dipa Andika Nurprasetyo
Genre : Komedi, Drama
Tanggal Rilis : 2 Juni 2022
Durasi : 114 menit
Pemain : Arswendy Beningswara Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir Manullang, Gita Bhebhita Butarbutar, Lolox, dan Indra Jegel
Konflik dalam keluarga tidaklah dapat ditepis kehadirannya. Setiap keluarga pasti mempunyai konflik tersendiri baik karena kurangnya komunikasi atau adanya pertentangan. Film ngeri-ngeri sedap besutan dari Bene Dion ini mengangkat isu tersebut. Film ini mengisahkan konflik dalam sebuah keluarga bersuku batak yang terdiri dari Pak Domu (ayah), Mak Domu (ibu) dan keempat anak mereka, Domu Purba, Sarma E. Purba, Gabe Purba, dan Sahat Purba. Film yang nyaris mewakili Indonesia ke ajang Piala Oscar 2023 ini tidak hanya menggelitik tawa para penonton tetapi juga menggugah emosional saat melihatnya.
Alur
Sebagaimana orang tua, Pak Domu dan Mak Domu sangat merindukan kehadiran ketiga anak laki-laki mereka, Domu, Gabe, dan Sahat yang pergi merantau. Sering kali mereka membujuk anak-anaknya untuk pulang ke rumah. Tetapi, bujukan tersebut selalu ditolak oleh anak-anaknya karena hubungan yang kurang harmonis dengan Pak Domu. Kurangnya keharmonisan dalam hubungan tersebut disebabkan oleh permasalahan terkait adat istiadat dalam suku batak, seperti larangan untuk menikahi pasangan non-batak, pekerjaan yang dianggap tidak layak dalam pandangan adat batak, maupun anak bungsunya, Sahat, yang lebih memilih untuk mengurus seorang kakek di pulau Jawa.
Suatu hari, ompung atau orang tua Pak Domu meminta Pak Domu dan keluarganya untuk datang dalam upacara adat Sulang-Sulang Pahompu sebagai pengganti upacara Adat Nagok yang belum dilaksanakan. Karena sulitnya ketiga anak tersebut untuk pulang, tentunya membuat mereka tidak dapat datang di acara tersebut. Akhirnya, Pak Domu memiliki sebuah ide yang disetujui oleh Mak Domu untuk bersandiwara kalau mereka sedang diambang perceraian, tentu dengan maksud agar ketiga anak mereka segera pulang setelah mendengar hal tersebut. Ide itu pun berhasil. Domu, Gabe, dan Sahat akhirnya pulang ke rumah.
Masalah tidak berhenti disitu. Setelah Pak Domu dapat memenuhi permintaan ompung untuk membawa seluruh keluarganya datang ke upacara adat, hubungan antara Pak Domu dan ketiga anak laki-lakinya allih-alih membaik malah bertambah buruk. Sikap Pak Domu yang tidak boleh dibantah oleh anak-anaknya mengenai adat batak membuat Domu, Gabe, dan Sahat memutuskan untuk kembali secara paksa ke tempat perantauan mereka. Tidak hanya itu, sandiwara perceraian antara Pak Domu dan Mak Domu pun terbongkar. Di sinilah penyelesaian konflik tersebut mendekati akhir.
Budaya Batak
Hal yang paling menonjol dari film ini tentunya terletak pada unsur budaya suku Batak, seperti adat istiadat, istilah-istilah, maupun aransemen musik. Selain itu, film ini juga menyajikan keindahan alam tanah batak seperti danau toba yang merupakan salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Mengutip dari Kompas.com, Sutradara Bene Dion pernah menyampaikan kalau memang alasan dibalik penyertaan budaya batak tersebut adalah karena ia ingin mengenalkan budaya batak kepada khalayak umum. Meskipun dibalut dengan kultur Batak, film ini tetap dapat dinikmati secara luas.
Akhir yang menggugah kesedihan
Selain kuatnya unsur budaya batak, film ini juga akan menguras air mata para penonton dengan akhir konflik dari keluarga Pak Domu. Pak Domu yang semula menentang Keputusan anak-anaknya dalam memilih jalan hidup mereka, akhirnya dapat menerima Keputusan itu. Selain itu, ia juga mengakui kesalahan yang ia lakukan terhadap istri dan anak perempuannya, Sarma. Film diakhiri dengan adegan Pak Domu mengunjungi tempat anak-anak lelakinya di perantauan dan Pak Domu pun mengunjungi istrinya yang sedang dirumah opung bersama ketiga anak lakinya untuk bersama-sama pulang ke rumah.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik
Salah satu Pelajaran yang dapat diambil dari film ini adalah untuk tidak melupakan kampung halaman dan orang tua saat merantau. Merantau tentu bukan suatu hal yang dilarang. Apalagi untuk kebanyakan orang, merantau dilakukan untuk menuntut ilmu maupun meraih kesuksesan dalam hidup. Tetapi, perlu diingat untuk tetap pulang mengunjungi orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita sedari kecil.
Jadi orangtua itu nggak ada tamatnya, harus belajar terus.
Seperti kutipan diatas, mendidik anak bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tetapi dengan mau belajar untuk mendidik anak, semua akan dapat diatasi. Karena pada dasarnya tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Selain itu, satu hal yang terpenting dalam mendidik anak adalah cara mendidik tidak dapat disamakan karena zaman akan selalu berubah.
Seperti orang tua pada umumnya, pemikiran Pak Domu untuk mendidik anak-anaknya bukan hanya semata-mata ego yang dimilikinya, melainkan juga keinginan agar anak-anaknya berhasil dalam kehidupan. Setiap orang tua wajar untuk memikirkan keberhasilan anaknya, tetapi tidak dengan cara mengekang atas pilihan jalan hidup mereka. Disini yang perlu orang tua mengerti adalah bahwa setiap anak memiliki hak untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Sebagai orang tua, hal yang perlu dilakukan adalah dengan tetap memberikan dukungan atas pilihan anak-anak mereka, tentunya pilihan yang baik.
Saya bangga atau tidak itu tidak penting, yang penting si Gabe sudah melakukan apa yang bisa bikin dia bahagia – Pak Domu
Film Ngeri-Ngeri Sedap sangat cocok untuk kamu yang mencari film bergenre drama dengan alur cerita yang ringan dan dibalut dengan komedi. Di awal film, kita akan dibuat terpingkal-pingkal, tetapi di penghujung akhir, tanpa terasa kita akan menitikkan air mata dibuatnya. Film ini dapat membuat kita merasakan betapa pentingnya arti keluarga dan mengajarkan untuk selalu menghargai kehadiran mereka. Yang lebih penting, komunikasi dalam keluarga harus tetap terjaga agar tidak ada kesalahpahaman bila terjadi suatu konflik.
Teks: Nadya Arsy Khairinnisa
Editor: Syifa Anggun A.
Foto: detik.com
Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!