Sejarah yang “Ditutupi” Lebih dari Satu Abad

Redaksi Suara Mahasiswa · 2 April 2021
3 menit

Judul: Victoria & Abdul
Sutradara: Stephen Frears
Produser: Tim Bevan, Eric Fellner, Beeban Kidron, Tracey Seaward
Genre: Biografi, Drama, Sejarah.
Tanggal rilis: 22 September 2017 (Inggris)
Durasi: 111 menit
Pemain: Ali Fazal, Judi Dench, Eddie Izzard, Adeel Akhtar, Paul Higgins, Michael Gambon

Victoria & Abdul merupakan film yang menceritakan hubungan kedekatan Abdul Karim (Ali Fazal), seorang pelayan yang berasal dari India, dengan Ratu Victoria (Judi Dench) di Kerajaan Inggris. Abdul Karim merupakan seorang Muslim dari India yang terpilih sebagai pelayan Kerajaan Inggris bersama dengan seorang lainnya yang bernama Muhammad. Sebelum Abdul Karim dikirim ke Inggris, ia merupakan seorang pegawai ahli bahasa di sebuah penjara.

Sebagai seorang pelayan, sebelumnya Abdul Karim hanya ditugaskan untuk melayani para tamu kerajaan dalam acara perayaan Golden Jubilee pada 1887. Dalam acara tersebut, Abdul Karim telah melanggar etika yang ada, yaitu menatap sang ratu. Namun, sejak saat itu, Ratu Victoria berniat untuk menarik Abdul menjadi bagian dari kerajaan. Dalam waktu yang singkat, Abdul dijadikan Ratu Victoria sebagai tokoh yang cukup penting dalam kerajaan. Dia dijadikan sebagai asisten pribadi sang ratu, lalu diangkat menjadi seorang “Munshi” atau guru bagi sang ratu untuk mengajarkannya bahasa Urdu dan Al-Qur’an.

Ratu Victoria pada saat itu digambarkan dalam film sebagai seseorang yang kesepian dan tidak memiliki teman. Dia merasa telah ditinggal oleh orang-orang yang dicintai. Kehadiran Abdul dalam kehidupannya memberikan Ratu Victoria rasa nyaman. Abdul digambarkan sebagai seseorang yang sangat tulus menjaga dan melayani Ratu Victoria, senantiasa mendengar cerita, memberikan masukan, dan mengajarkan berbagai hal baru kepada Ratu. Dengan begitu, Abdul menjadi seorang “Munshi” tidak hanya untuk mengajarkan bahasa Urdu dan Al-Qur’an, tetapi juga menjadi sosok yang paling dipercaya oleh Ratu Victoria hingga diberi kesempatan untuk membawa anak dan istrinya tinggal di Inggris dan bertemu dengan Ratu.

Keakraban Ratu Victoria dengan Abdul kemudian mengundang kegelisahan dan kecemburuan keluarga kerajaan Inggris. Mengingat asalnya dari India yang saat itu merupakan daerah jajahan Inggris, Abdul sebagai seorang “Munshi” tidak lazim bila dekat dengan ratu. Selain itu, ketidaksetaraan dan rasisme digambarkan sebagai suatu hal yang masih berkembang pada masa itu, terutama dalam lingkungan kerajaan Inggris. Akibatnya, keluarga kerajaan menganggap kehadiran Abdul sebagai sebuah hinaan bagi mereka. Tidak jarang Abdul difitnah dan dianggap rendah oleh pihak keluarga kerajaan. Namun, Ratu Victoria menjadi seseorang yang selalu membela dan melindungi “Munshi”-nya.

Keberadaan Abdul Karim dalam lingkungan kerajaan Inggris sangat bergantung pada Ratu Victoria karena ialah satu-satunya sosok yang mendukung Abdul. Hingga pada akhirnya, Ratu Victoria jatuh sakit dan Abdul menjadi seorang “Munshi” yang selalu menemaninya. Akhir hidup dari sang Ratu menjadi pukulan keras bagi Abdul. Sejak saat itu, beberapa jam setelah kematian Ratu Victoria, Abdul diberhentikan dan “diusir” dari kerajaan Inggris. Tidak hanya itu, seluruh dokumen kerajaan Inggris yang berkaitan dengan Abdul juga dibakar oleh pihak kerajaan.

Bila dilihat dari penokohan dan peranannya, Abdul Karim yang diperankan oleh Ali Fazal dapat menggambarkan tokoh “Munshi” yang ramah, penyabar, dan bijaksana dengan baik, sehingga penonton dapat merasakan ketulusan hati Abdul Karim dalam melayani sang Ratu. Begitu juga dengan penokohan Ratu Victoria yang diperankan oleh Judi Dench dapat menggambarkan seorang Ratu yang sedih, kesepian, dan dapat sekaligus menggambarkan kebijaksanaan dan kegembiraan sang Ratu dengan sangat baik. Sehingga, penonton dapat membayangkan apa yang dirasakan oleh Ratu Victoria.

Walaupun terlihat seperti film drama fiksi atau bahkan komedi, Victoria & Abdul diangkat dari kisah nyata, yang bersumber dari berbagai tulisan dan catatan harian yang ditulis oleh Abdul Karim. Tulisan-tulisan tersebut ditemukan oleh seseorang yang bernama Shrabani Basu, yang kemudian olehnya dibuat sebuah buku. Shrabani Basu juga mengklaim bahwa cerita tersebut tidak dilebih-lebihkan. Apa yang terjadi dalam buku dan film tersebut memang sebuah kenyataan.

Film ini telah berhasil menceritakan apa yang selama ini tidak diketahui oleh orang-orang selama sekitar satu abad. Pengemasan dalam film tersebut sangat jelas menggambarkan adanya isu-isu ketidaksetaraan dan rasisme yang terjadi dalam lingkungan kerajaan. Akibatnya, beberapa orang mungkin menganggap film ini dapat memancing berbagai kritikan serta pro dan kontra, tergantung dari cara memandang film tersebut. Namun, film ini juga menuai banyak kritikan sebab ada beberapa cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Salah satu kritiknya terdapat pada pembawaan Abdul dalam film ini. Abdul digambarkan sebagai tokoh yang asertif dan bijak. Namun, dalam kisah aslinya, Abdul Karim dikatakan sebagai seorang yang ambisius. Ia bekerja semaksimal mungkin agar mendapatkan gelar ksatria. Begitu juga dengan kenyataan mengenai Ratu Victoria yang tidak serta merta tegas untuk menegakkan kesetaraan dan menghargai perbedaan di luar istana karena pemerintahannya saat itu merupakan masa berlangsungnya “Raj Era”. Masa ini berlangsung ketika India berada langsung di bawah perintah Inggris dan sedang terjadinya imperialisme.

Melalui film ini, penonton dapat mengambil sisi positifnya dan belajar mengenai kesetaraan dan menghargai sesama manusia seperti yang telah dicontohkan dalam film oleh Ratu Victoria sebagai seseorang yang memiliki kedudukan tinggi. Walaupun begitu, ia dapat menghargai dan membangun hubungan dengan Abdul dan menjadikannya sebagai seorang “Munshi”. Dengan demikian, penonton dapat mengetahui sejarah yang selama ini telah “ditutup-tutupi” dan dapat menilai ulang sejarah yang diceritakan dalam film ini.

Teks: M. Kuncahyo Duto Audito
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!