Senyap: Melihat Sejarah Pasca Gerakan 30 September 1965 dari Sudut Pandang Berbeda

Redaksi Suara Mahasiswa · 8 Oktober 2022
3 menit

Judul Film: Senyap
Sutradara: Joshua Oppenheimer
Produser:  Signe Byrge Sørensen
Genre: Dokumenter, Sejarah
Tanggal Rilis: 13 November 2014
Durasi: 103 Menit
Pemain: Adi Rukun, Joshua Oppenheimer, dll.

Jika membicarakan sejarah Indonesia pertengahan tahun 60-an, Gerakan 30 September 1965 jarang luput dari pembahasan. Sejak sekolah, pemahaman tentang bertapa kelamnya peristiwa itu terus dikenalkan. Siswa diajarkan melalui satu sudut pandang tentang pelaku penumpasan yang kejam. Peristiwa G30S 1965 menjadi kausa atas serangkaian kejadian berikutnya, termasuk pembantaian terduga simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) sepanjang 1965-1966. Namun, jarang ada yang membahasnya baik melalui Pendidikan formal di sekolah, maupun di keseharian. Melalui Senyap, penonton disajikan tayangan yang mengangkat sudut pandang baru akan rangkaian kejadian pasca Gerakan 30 September 1965.

Senyap merupakan film dokumenter karya Joshua Oppenheimer yang merupakan seorang sutradara berdarah Inggris dari Denmark. Film ini mengangkat cerita tentang perjalanan satu anggota keluarga korban pembantaian terduga simpatisan PKI 1965-1966 untuk bertemu dengan orang-orang di balik pembantaian tersebut. Senyap sempat menuai kontroversi dengan digagalkannya penayangannya di berbagai daerah dan membuat penonton bertanya-tanya tentang pengetahuan sejarah yang selama ini mereka terima dari sekolah. Terlepas dari berbagai kontroversinya, film ini berhasil menuai pencapaian besar dengan meraih berbagai penghagaan internasional dan menjadi salah satu nominasi film dokumenter terbaik untuk piala Oscar dalam Academy Awards 2016.

Film dokumenter penuh emosi yang berhasil mengangkat sudut pandang berbeda dalam sejarah

Setiap film dokumenter yang pernah dibuat di muka bumi ini selalu hadir dengan membawa pesan dan ideologi tertentu melalui sebuah alur cerita. Begitu pula dengan Senyap yang berhasil menyampaikan pesannya untuk mengungkap sesuatu yang sebelumnya hampir tidak pernah dibahas melalui pendidikan formal di Indonesia, dalam hal ini pembantaian terduga simpatisan PKI yang merupakan pelanggaran HAM berat. Melalui satu tokoh, Adi, sebagai subjek sentral di dalam film, plot film senyap disajikan dengan sangat rapi dan berhasil mengangkat sudut pandang keluarga korban yang sebelumnya hampir tidak pernah terlihat. Untuk itu, keputusan sutradara untuk membuat satu tokoh sebagai sentral berhasil membuat alur film ini mudah dimengerti dan menunjukkan tujuan film ini dengan jelas.

Selayaknya film-film dokumenter pada umumnya, Senyap juga menyajikan berbagai rekaman wawancara. Adi melakukan perjalanannya untuk menemui orang-orang yang terlibat dalam pembantaian yang dilakukan terhadap kakaknya, Ramli. Pertanyaan-pertanyaan yang dilayangkan dalam wawancara tersebut sudah tepat dan berhasil menghidupkan plot yang dikembangkan. Di samping itu, detail cerita yang diangkat juga menunjukkan bahwa tim produksi film sudah melakukan riset yang mendalam. Dari segi teknis film, Senyap juga sangat terlihat sebagai film yang diproduksi dengan sangat matang. Kompisisi film sudah sangat harmonis. Memang tidak ada teknik pengambilan gambar spesial yang ditunjukkan, namun sorotan kameranya selalu berhasil meyorot emosi yang dirasakan para tokoh sepanjang film. Hal yang tak kalah penting adalah kesenyapan yang disajikan di beberapa adegan dalam film. Selaras dengan judul film, kesenyapan tersebut berhasil membawa sejuta cerita melalui sorotan lensa film.

Kekurangan film

Meskipun hadir dengan sejumlah keberhasilannya, Senyap juga tak luput dari beberapa hal yang mungkin masih dapat diperbaiki. Film ini sangat kurang dalam hal penjelasan historis untuk memperjelas konteks film. Penonton langsung disajikan dengan alur cerita tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang akar permasalahan di balik narasi yang diangkat. Karena itu, penonton tanpa latar belakang pengetahuan historis tentang Indonesia pada tahun 1965 akan sulit memahami serangkaian kejadian yang dilakukan dan dilalui para tokoh dalam film. Akan lebih baik jika ada seorang narator yang memberikan pengantar terkait peristiwa yang menjadi akar isu yang dibangkitkan di dalam film, sehingga film akan lebih inklusif terhadap penonton yang masih membutuhkan penjelasan historis karena belum memiliki pengetahuan sejarah yang cukup.

Sudut pandang yang disajikan dalam film juga terbatas pada tokoh utama, sehingga akan membuat film terasa sedikit membosankan. Dapat dipahami bahwa film ini memang berusaha mengangkat penderitaan keluarga-keluarga korban pembantaian melalui sang tokoh utama. Namun, ada baiknya jika film juga lebih menonjolkan sudut pandang lain agar jiwa film lebih terasa. Selain itu, terdapat adegan yang penulis rasa tidak terlalu penting untuk dimasukkan di dalam film.

Terlepas dari berbagai kekurangannya, Senyap berhasil menjadi bukti bahwa film merupakan salah satu cara terbaik untuk menyampaikan pesan ideologis ke masyarakat. Melalui film ini, sudut pandang lain dalam salah satu peristiwa sejarah Indonesia berhasil terangkat. Senyap datang sebagai penyeimbang pengetahuan sekaligus menyadarkan masyarakat tentang pentingnya memahami sejarah di luar apa saja yang sudah didapat selama menempuh pendidikan formal. Memang film ini bukan film yang cocok untuk semua kalangan, namun sangat patut ditonton masyarakat Indonesia.

Teks: Radite Rahmadiana
Editor: Dimas Rama S. W.
Foto: Istimewa

Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!