Snap your birthday! Memaknai Ulang Tahun di Ruang Virtual

Redaksi Suara Mahasiswa · 8 Mei 2021
7 menit

Pada era digital ini, berkomunikasi dan bertukar informasi bukan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh manusia modern. Setiap orang memperoleh kemudahan untuk mengakses informasi tanpa batas dari berbagai sumber daring. Informasi tersebut sebagian besar mengalir deras melalui platform media sosial (medsos) seperti Instagram, Facebook, Twitter, Line, dan WhatsApp. Media Sosial adalah konten online yang dibuat menggunakan teknologi penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur (Prihatiningsih, 2017: 54). Medsos juga merupakan tempat bagi setiap orang untuk mengunggah dan melihat unggahan yang memuat berbagai bentuk informasi, baik informasi umum sampai informasi personal yang pada akhirnya hal tersebut membuat medsos seakan-akan menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang.

Salah satu platform medsos yang acap digunakan pada era ini adalah Instagram. Instagram merupakan sebuah aplikasi yang memegang pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan banyak orang. Hanya dalam genggaman tangan, pengguna Instagram dapat mengambil foto atau video, mengeditnya dengan berbagai tools dan filter, lalu mengunggahnya. Instagram juga memiliki fitur Instagram Stories yang mudah digunakan untuk menangkap momen dalam video singkat (Ikhsan, 2020). Melalui fitur tersebut, setiap orang lebih mudah untuk membagikan dengan cepat informasi personal berupa kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari. Apa yang dahulunya merupakan urusan pribadi, seperti ulang tahun, pernikahan, hari jadi, dll., sekarang seringkali dirayakan di hadapan seluruh dunia (Dąbrowska, 2020: 86). Melalui Instagram Stories masyarakat juga terlihat lebih nyaman untuk mengungkapkan dan mengatakan sesuatu. Terkait hal tersebut, memberi ucapan ulang tahun kepada seseorang melalui fitur Instagram Stories menjadi salah satu fenomena yang sedang marak terjadi dalam bermedia sosial.

Meskipun begitu, belum diketahui alasan jelas mengapa sebagian besar orang, terutama anak muda di Indonesia, lebih memilih untuk memberi ucapan ulang tahun kepada teman atau kerabatnya dengan cara tersebut. Alih-alih mengucapkannya secara langsung, mengirim pesan singkat, atau menelepon orang yang bersangkutan, masyarakat pada era ini lebih tertarik untuk membagikannya secara luas melalui Fitur Instagram tersebut. Untuk itu, pada penelitian ini akan dipaparkan mengenai alasan atau faktor pendorong sebagian besar orang di pada digital lebih memilih untuk memberi ucapan ulang tahun kepada teman atau kerabatnya melalui platform media sosial, terutama Instagram dengan fitur Instagram Stories.

Pada awalnya, perayaan ulang tahun dilakukan oleh para penganut ajaran paganisme yang memercayai akan kehadiran roh jahat yang mendatangi seseorang ketika mereka berulang tahun. Atas kepercayaan tersebut, para penganut ajaran paganisme pun melakukan ritual pengusiran roh jahat yang dilakukan dengan cara bernyanyi dan mengucapkan doa-doa secara lantang kepada orang yang sedang berulang tahun. Pada ajaran paganisme, perayaan ulang tahun murni dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat sehingga belum ditemukan adanya kue ulang tahun dan perangkat ulang tahun lainnya (Redlich, 2020). Setelahnya, perayaan ulang tahun mulai berkembang ketika bangsa Yunani Kuno memberikan persembahan kepada Dewi Artemis berupa kue bundar dengan lilin di atasnya sebagai representasi dari bulan (Linton & Linton, 1952). Kue bundar yang terdapat dalam ritual tersebut kemudian dipertahankan oleh bangsa Romawi Kuno dan dijadikan sebagai hidangan yang disajikan ketika seseorang berulang tahun. Perayaan ulang tahun pada bangsa Romawi Kuno dilakukan bersamaan dengan acara perjamuan dan pemberian bunga yang hampir mirip seperti perayaan ulang tahun pada era modern. Namun demikian, perayaan ulang tahun pada masa Mesir Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan Persia hanya dilakukan terhadap dewa-dewa, para raja, dan kalangan bangsawan (Grolier Incorporated, 1991).

Seiring berjalannya waktu, perayaan ulang tahun telah mengalami banyak pergeseran makna. Perayaan ulang tahun yang awalnya dianggap sebagai simbol kebangsawanan dan status sosial dalam masyarakat kini telah berubah menjadi hari spesial setiap orang yang harus diisi dengan kesenangan dan kebahagiaan. Pada saat ini, perayaan ulang tahun memiliki makna sosial yang berfungsi sebagai sarana bersosialisasi, edukasi, dan psikologi. Katriel (2005) mengartikan ulang tahun seseorang sebagai sebuah budaya dan penanda waktu dalam sebuah kelompok sosial. Hal ini didukung oleh argumen Redlich (2020) yang mengatakan bahwa secara eksternal, ulang tahun seseorang dapat mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan. Sedangkan, secara internal, ulang tahun dapat menjadi titik balik kehidupan seseorang yang ditandai dengan lebih banyak berlakunya norma kehidupan bagi orang yang berulang tahun. Perayaan ulang tahun juga membawa pesan sosial yang ekuivalen dengan kalimat-kalimat yang mengandung afeksi dan afirmasi.

Selain nilai sosial, perayaan ulang tahun juga memiliki nilai-nilai kebudayaan tersendiri. Secara konteks komunikasi interkultural, manusia memiliki karakteristik perilaku komunikasi yang didasari pada budaya yang berlaku (West & Turner, 2010). Pernyataan tersebut seakan mendukung kenyataan bahwa ucapan dan harapan yang dilakukan di media sosial ketika seseorang berulang tahun merupakan sebuah hasil dari budaya baru yang terbentuk dalam dunia maya. West juga mengatakan bahwa komunikasi di media massa merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan untuk banyak orang. Berangkat dari pernyataan West, ucapan dan harapan ulang tahun seseorang yang disampaikan melalui media sosial ditandai sebagai sebuah cara untuk memperluas jangkauan sebagai tujuan dari menjadikan orang yang berulang tahun sebagai pusat perhatian.

Saat ini, esensi perayaan ulang tahun adalah untuk membuat seseorang merasa spesial dalam hari istimewanya tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan orang yang berulang tahun sebagai pusat perhatian. Perhatian tersebut dilakukan dengan cara mengirimkan doa, harapan, dan apresiasi untuk membuat orang yang berulang tahun merasa senang (Redlich, 2020). Dengan adanya media sosial, pemberian perhatian tersebut dapat menjadi lebih luas dengan cara menyebarkan momen ulang tahun yang dialami oleh seseorang ke dalam sebuah postingan di media sosial. Hal ini dilakukan secara sadar maupun tidak sadar atas dasar membagikan momen yang sedang terjadi kepada seluruh dunia (internet) (Dąbrowska, 2020).

Perkembangan teknologi dan sosial media memiliki pengaruh psikologis terhadap perubahan kebiasaan, baik sikap maupun cara berkomunikasi individu. Kebanyakan orang menjadi terbiasa untuk membagikan kegiatan-kegiatan mereka di sosial media, mulai dari kegiatan sehari-hari, liburan, pekerjaan, dan sebagainya. Orang-orang juga terbiasa untuk mempublikasikan hal-hal yang biasa disampaikan secara pribadi, salah satunya adalah mengucapkan selamat ulang tahun melalui fitur Instagram Story. Perubahan kebiasan ini berkaitan dengan keinginan individu untuk membentuk sebuah presentasi diri di sosial media.

Presentasi diri adalah sebuah aksi untuk menyampaikan gambaran atau presentasi mengenai diri sendiri, termasuk penyampaian informasi mengenai bagaimana persepsi individu tentang hubungan-hubungan dan pasangan (Overup, 2012). Secara tidak langsung, sosial media mendorong individu untuk menampilkan gambaran yang sempurna mengenai kehidupan mereka, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Pertumbuhan situs jejaring sosial (SNS) memberi pengaruh besar pada upaya untuk menampilkan diri, individu kemudian menggunakan strategi dan membuat pilihan untuk memengaruhi rasa suka dan hormat agar diterima oleh orang lain (Bareket-bojmel, Moran, & Shahar, 2016). Semakin seorang individu bergantung pada respon orang-orang mengenai presentasi diri mereka, semakin intens pula mereka menunjukkan presentasi diri positif mereka di sosial media (Sun & Wu, 2012)

Presentasi diri individu di sosial media memiliki pengaruh yang besar pada harga diri (self-esteem). Harga diri atau self-esteem sendiri adalah evaluasi keseluruhan individu mengenai diri sendiri (Lee, Moore, Park, & Park 2012). Persepsi orang lain mengenai diri individu juga mempunyai pengaruh yang besar mengenai bagaimana individu melihat diri mereka sendiri. Setiap individu mempunyai tingkatan yang berbeda mengenai harga diri dan persepsi diri (Pineiro, 2016). Ada banyak faktor yang membuat individu merasa berharga, dan faktor-faktor tersebut bisa berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri individu adalah hubungan pertemanan atau disebut dengan Friendship-Contingent Self-Esteem.

Individu dengan Friendship-Contingent Self-Esteem bergantung pada penilaian orang lain dan juga kondisi hubungan personal mereka; jika individu melihat hubungan mereka tidak berjalan dengan baik, mereka bisa merasa buruk, begitu pula sebaliknya (Cambron, Acitelli, & Steinberg, 2010). Apabila harga diri individu sangat bergantung dengan kualitas hubungan personal atau pertemanan, mereka menjadi lebih termotivasi untuk terlibat dalam presentasi diri yang membuat orang lain mempunyai persepsi positif mengenai hubungan personal individu tersebut  (Pineiro, 2016). Untuk membuat presentasi diri yang positif mengenai hubungan pertemanan mereka di sosial media, individu cenderung membagikan konten-konten di akun sosial media mereka yang menggambarkan solidaritas dari pertemanan mereka. Presentasi diri juga merupakan bentuk komunikasi yang bisa memfasilitasi pemeliharaan sebuah hubungan (Baumeister, 1982)

Presentasi diri dan harga diri, terutama Friendhsip-Contingent Self-Esteem berpengaruh pada kecenderungan individu untuk membagikan ucapan ulang tahun di sosial media mereka, seperti Instagram, alih-alih mengucapkannya secara pribadi. Pada saat individu membagikan ucapan ulang tahun untuk teman mereka di sosial media, ada keinginan dari dalam individu untuk membentuk sebuah presentasi diri bahwa mereka adalah teman yang baik. Individu juga mempunyai keinginan untuk memperlihatkan gambaran baik dari hubungan pertemanan mereka.  Selain itu, menunjukkan kualitas dari hubungan pertemanan mereka yang baik dengan membagikan ucapan ulang tahun juga bisa meningkatkan harga diri atau self-esteem individu, terutama individu yang cenderung memiliki Friendship-Contingent Self-Esteem. Individu yang merasa telah membentuk persepsi positif dari orang lain akan hubungan pertemanan mereka dapat mengalami peningkatan harga diri atau self-esteem. Oleh karena itu, keinginan untuk membentuk presentasi diri sebagai teman yang baik dan meningkatkan harga diri atau self-esteem dapat menjadi alasan individu untuk membagikan ucapan ulang tahun kepada teman mereka di media sosial.

Kesimpulan

Seiring berjalannya waktu, perayaan ulang tahun telah mengalami banyak pergeseran makna. Kini, esensi perayaan ulang tahun adalah membuat seseorang merasa spesial dalam hari istimewanya tersebut. Dengan adanya media sosial, pemberian perhatian tersebut dapat menjadi lebih luas dengan cara menyebarkan momen ulang tahun yang dialami oleh seseorang ke dalam sebuah postingan di media sosial.

Perkembangan teknologi dan sosial media memiliki pengaruh psikologis terhadap perubahan kebiasaan. Perubahan kebiasan ini berkaitan dengan keinginan individu untuk membentuk sebuah presentasi diri di sosial media.Presentasi diri individu di sosial media memiliki pengaruh yang besar pada harga diri (self-esteem). Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri individu adalah hubungan pertemanan atau disebut dengan Friendship-Contingent Self-Esteem.

Individu dengan Friendship-Contingent Self-Esteem bergantung pada penilaian orang lain dan juga kondisi hubungan personal mereka; jika individu melihat hubungan mereka tidak berjalan dengan baik, mereka bisa merasa buruk, begitu pula sebaliknya (Cambron, Acitelli, & Steinberg, 2010). Oleh karena itu, keinginan untuk membentuk presentasi diri sebagai teman yang baik dan meningkatkan harga diri atau self-esteem dapat menjadi alasan individu untuk membagikan ucapan ulang tahun kepada teman mereka di media sosial.

Referensi

Artikel Jurnal:

Aiyuda, N., & Syakarofath, N. (2019). Presentasi diri di sosial media (Instagram dan Facebook) Sebuah literature review. PSYCHOPOLYTAN (Jurnal Psikologi), 2(2): 124–126.

Dąbrowska, Marta. (2020). Birthday, Culture, and Social Media. Armenian Folia Anglistika, 20: 86-122.

Katriel, T. (2005). Marking time: Anniversary celebrations and the dynamics of social life. Text - Interdisciplinary Journal for the Study of Discourse, 25(5), 719-721. doi:10.1515/text.2005.25.5.719

Prihatiningsih, Witanti. (2017). Motif Penggunaan Media Sosial Instagram di Kalangan Remaja.  Jurnal Communication, 3 (1): 51-65.

Redlich, O. (2020). The Concept of Birthday-A Theoretical, Historical, and Social Overview-in Judaism and Other Cultures. Journal of Humanities and Social Sciences, 791-801.

Salim, F., Rahardjo, W., Tanaya, T., & Qurani, R. (2017). Are Self-Presentation Influenced by Friendship-Contingent Self-Esteem and Fear Of Missing Out? Makara Human Behavior Studies in Asia, 21(2): 70–74.

Berita Daring:

Ikhsan, M. (27 Agustus 2020). "Survei: 5 Media Sosial Paling Populer di Dunia”. CNN Indonesia. Diakses  pada 16 Maret 2021 melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200819154002-185-537377/survei-5-media-sosial-paling-populer-di-dunia

Buku:

Grolier Incorporated. (1991). The Encyclopedia Americana. Connecticut: Danbury.

Linton, R., & Linton, A. (1952). The Lore of Birthdays. New York: H. Schuman.West, R., & Turner, L. H. (2010). Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill.

Teks: Ananda Nayla, Dimas Rama, Radite Rahmadiana, Putri Melina F
Ilustrasi: Adelia Febiyanti

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!