Suara Perempuan di Women's March Jakarta 2021

Redaksi Suara Mahasiswa · 26 April 2021
4 menit

Women’s March merupakan aksi kolektif dari berbagai organisasi dengan berbagai latar belakang untuk menyuarakan tuntutan-tuntutan mereka dari daerahnya masing masing. Women’s March ini juga merupakan acara tahunan yang diselenggarakan sekaligus untuk merayakan Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April.

Aksi ini menjadi wadah untuk bersuara bagi perempuan dan kelompok minoritas dari berbagai macam isu di daerah masing-masing. Aksi Women’s March Jakarta 2021 ini juga turut diramaikan oleh berbagai kalangan masyarakat, seperti LGBTIQ, perempuan dengan disabilitas, perempuan buruh migran, penyedia layanan berbasis gender, perempuan pengguna NAPZA, aktivis HAM, transpuan Papua, dan lain-lain. Mereka menyuarakan berbagai tuntutannya melalui lagu, tarian, puisi, serta orasi.

Di tahun ini Women’s March hadir dengan konsep yang sedikit berbeda, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang diselenggarakan secara fisik, aksi Women’s March Jakarta 2021 ini diselenggarakan secara elektronik via live streaming YouTube. Aksi ini telah berlangsung Sabtu (24/4) selama sekitar 3 jam dari mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Aksi yang diselenggarakan melalui platform Youtube ini dilakukan dalam rangka pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19 dan menaati protokol kesehatan dari pemerintah. Namun kendati demikian, hal tersebut tidak mengurangi semangat, antusiasme, serta makna dari gerakan Women’s March Jakarta 2021.

Arti Women’s March Jakarta 2021 bagi Mereka

Women’s March Jakarta 2021 memiliki arti penting bagi sebagian orang, salah satunya ialah yang dirasakan oleh Noval Auliady dari Lintas Feminis Jakarta yang menjadi Presenter dalam aksi Women’s March kemarin. “Aku selalu ikut Women's March Jakarta setiap tahunnya karena melalui aksi ini aku merasa aman, nyaman, dan aku merasa setiap tuntutan yang aku bawa memiliki arti yang penting bagi banyak orang,” ujarnya. Tak hanya itu, ia juga selalu berusaha untuk membawa rasa aman dan rasa nyaman yang dirasakan di Women’s March ini ke lingkungannya sendiri, tapi itu tidak bisa dilakukannya sendiri melainkan harus dilakukan secara bersama-sama atau secara kolaboratif.

Tak hanya bagi Noval, Women’s March Jakarta 2021 ini juga memiliki arti penting bagi Fen Budiman yang merupakan seorang perawat dalam penanganan pandemi COVID-19 sekaligus juga seorang aktivis perempuan. Menurutnya, aksi Women March ini merupakan momentum paling penting dan berharga  karena dapat menjadi wadah untuk menyampaikan aspirasinya sebagai tenaga kesehatan dan juga sebagai perempuan.

“Kami berharap agar negara mendorong perlindungan untuk kami sebagai tenaga medis dan menyiapkan ruang kerja yang aman untuk kami dan juga menjamin hak-hak kami dalam bentuk upah dan jam kerja yang layak bagi tenaga medis. Selain itu juga kami berharap agar negara memberikan perlindungan untuk tenaga medis dari ancaman kekerasan, diskriminasi, dan stigma,” tambahnya.


Rangkaian Acara

Rangkaian acara Women’s March Jakarta 2021 dimulai dengan pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan orasi dan pertunjukan musik, serta ditutup dengan pembacaan tuntutan. Banyak sekali perempuan dari berbagai organisasi dan latar belakang yang berorasi menyampaikan tuntutannya dalam aksi ini, salah satunya adalah Nurina Savitri selaku perwakilan dari Amnesty International yang memaparkan datanya terkait dengan kasus kekerasan berbasis gender yang terjadi di tahun 2019 dan 2020.

“LBH Apik mencatat bahwa terdapat 710 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang bulan Maret hingga November 2020, selain itu Komnas Perempuan juga mencatat bahwa terdapat kenaikan signifikan terkait pelaporan kasus Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS) dari yang berjumlah 87 kasus di tahun 2019 dan meningkat menjadi 383 kasus di tahun 2020,” papar Nurina dalam orasinya.

Angka tersebut hanya didapat dari korban yang melapor saja, sedangkan di luar sana masih banyak korban yang tidak berani melapor karena alasan-alasan tertentu. “Banyak korban yang masih enggan melapor, karena merasa terintimidasi, karena adanya relasi sosial atau relasi kekuasaan dengan si pelaku,” ujar Nurina.

Lebih lanjut, Nurina memaparkan dampak KBGS terhadap korban dalam kesempatannya saat berorasi di Women’s March Jakarta 2021. Menurutnya, terdapat beberapa dampak KBGS terhadap korban, yaitu mengakibatkan keterasingan sosial, kerugian material atau ekonomi, serta kerugian psikologis dan sensor terhadap diri sendiri.

“Pemerintah seharusnya bisa menangkap kegelisahan masyarakat terkait dengan fenomena kekerasan seksual ini, perlindungan hukum bagi para penyintas kekerasan seksual juga menjadi hal yang sangat mendesak dengan cara mengesahkan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU-PKS),” tambahnya.

Demikian pula orasi yang disampaikan oleh Novia Syahfitri Hidayasa dari Women’s March Yogyakarta, ia beroarasi tentang perempuan dan diskriminasi. Menurutnya, peran perempuan dalam tatanan keluarga maupun masyarakat memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesejahteraan keluarga dan juga masyarakat disekitarnya. Ia juga mengatakan bahwa terdapat korelasi setara antara tingkat pendidikan dan kesehatan perempuan terhadap kualitas hidup anak. Akan tetapi, Novia juga menyayangkan terkait masih banyaknya diskriminasi terhadap perempuan di Indonesia.

“Alasan dari masih banyaknya diskriminasi terhadap perempuan adalah karena perempuan masih terbatas aksesnya pada layanan dan perlindungan sosial, serta rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi,” ujarnya.

Tuntutan dan Harapan

Aksi Women’s March Jakarta 2021 ditutup dengan pembacaan tuntutan secara umum oleh Nissi Taruli Felicia dari Feminis Themis. Bahwa secara umum, aksi ini memiliki tujuh tuntutan yang meliputi:

1.      Kekerasan Berbasis Gender

Mendesak pengesahan hukum dan kebijakan mengenai kekerasan berbasis gender di semua lini.

2.      Lingkungan dan Krisis Iklim

Mencabut kebijakan yang merusak lingkungan serta mendorong pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan inklusif dengan melindungi masyarakat adat.

3.      Pendidikan

Mendesak pemerataan akses pendidikan yang inklusif dan perlindungan terhadap pelajar

4.      Hukum, Kebijakan, dan Hak Asasi Manusia

Mendesak pengesahan undang-undang yang berpihak kepada masyarakat, perempuan, dan kelompok minoritas rentan lainnya serta menghapus kekerasan, diskriminasi, stigma, dan represi.

5.      Kesehatan

Mendorong sistem kesehatan yang inklusif, bebas stigma, dan diskriminasi.

6.      Ketenagakerjaan dan Perburuhan

Mendesak kesetaraan di bidang ketenagakerjaan dan perburuhan serta mencabut undang-undang yang merugikan masyarakat.

7.      Solidaritas Global

Mendukung gerakan demokrasi serta menolak autoritarisme, militarisme, tindak kekerasan, rasisme, dan diskriminasi lainnya.

“Saya berharap masyarakat, pemerintah, dan seluruh pihak bisa mendukung, mengesahkan, dan merealisasikan tuntutan ini, terima kasih,” tutupnya. Di samping itu, para massa aksi juga berharap agar Jakarta menjadi ruang aman untuk mereka berekspresi akan identitas mereka dan juga untuk segala tuntutan yang mereka suarakan untuk pemerintah dan juga masyarakat hendaknya didengarkan agar terciptanya kehidupan yang lebih baik dan lebih setara.