The Little Prince: Menjadi Kekanak-kanakan dalam Perjalanan Menuju Kedewasaan

Redaksi Suara Mahasiswa · 19 Februari 2021
3 menit

Judul                     : The Little Prince
Sutradara                 : Mark Osborne
Produser                 : Aton Soumache, Dimitri Rassam, Alexis Vonarb
Genre                     : Animation, Adventure, Drama
Tanggal Rilis            : 22 Mei 2015
Durasi                     : 108 Menit
Pemain                   : Jeff Bridges, Mackenzie Foy, Rachel McAdams, Riley Osborne, James Franco, dll.

All grown-ups were once children... but only few of them remember it.”

Kehidupan manusia tak pernah lepas dari proses pendewasaan. Setiap orang di dunia akan terus belajar sejak ia kecil hingga menjadi orang dewasa. Namun, menjadi dewasa tampaknya telah membuat banyak orang lupa akan kebahagiaan masa kecil mereka dan memilih untuk menenggelamkan diri mereka ke dalam jurang ambisi yang tak berujung. Ambisi inilah yang digambarkan dalam The Little Prince sebagai penyebab seseorang kehilangan inner child yang terdapat dalam diri mereka.

Setelah berhasil meraih empat belas penghargaan melalui film animasi Kung Fu Panda, Mark Osborne kembali menunjukkan kepiawaiannya melalui film animasi The Little Prince yang tidak kalah mengesankan. Mengadopsi cerita dengan judul yang sama dari karya Antoine de Saint-Exupéry, Osborne mengangkat The Little Prince ke dalam animasi berdurasi 108 menit yang penuh petualangan. Dalam sebuah kesempatan, Osborne mengatakan bahwa pembuatan film The Little Prince dilakukan dengan menggabungkan animasi stop-motion dan animasi digital. Osborne mengakui bahwa penggabungan kedua teknik tersebut dapat mengeluarkan potensi cerita secara lebih mendalam. Tak ayal, usaha Osborne dalam menciptakan The Little Prince berhasil membuat film ini menyabet gelar sebagai film animasi Prancis terlaris hingga menyentuh angka 97 juta Dolar US. Tak berhenti sampai di situ, The Little Prince juga memperoleh delapan penghargaan, termasuk di antaranya César Award dan British Academy Children’s Award untuk kategori film animasi terbaik.

The Little Prince mengisahkan tentang seorang gadis kecil yang berusaha memenuhi ambisi ibunya untuk menjadi orang dewasa yang sempurna. Akan tetapi, kesempurnaan tersebut menjadi bumerang bagi sang Gadis Kecil yang mengakibatkan dirinya tidak dapat menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang berada di luar rencananya. Sang Gadis Kecil kemudian bertemu dengan tetangganya, seorang pilot yang menceritakan sebuah kisah tentang seorang Pangeran Kecil yang menghuni Asteroid B-612.

Dalam cerita tersebut, terdapat berbagai makna simbolik yang salah satunya menggambarkan toxic relationship antara Pangeran Kecil dengan setangkai mawar. Toxic relationship ini mengakibatkan Pangeran Kecil merasa tertekan dengan berbagai tuntutan Mawar yang dicintainya sehingga Pangeran Kecil memutuskan untuk pergi meninggalkan sang Mawar bersama dengan Asteroid B-612. Dalam petualangannya, Pangeran Kecil bertemu dengan tiga orang dewasa, yaitu Pria Bertopi sebagai simbol kesombongan, Raja sebagai simbol kekuasaan, dan Pebisnis sebagai simbol keserakahan. Simbol lain seperti simbol pertemanan juga digambarkan melalui pertemuan antara sang Pangeran Kecil dengan seekor Rubah.

Pada akhirnya, Pangeran Kecil terjebak dalam dunia orang dewasa yang mengakibatkan dirinya untuk berubah dari seorang anak yang penuh dengan semangat dan daya kreativitas menjadi orang dewasa yang membosankan dan tak bergairah. Namun, sang Gadis Kecil kemudian menghampiri Pangeran Kecil untuk mengingatkannya kembali tentang siapa ia sebenarnya sekaligus membantunya keluar dari dunia tersebut dengan melawan Pria Bertopi, Raja, Pebisnis, dan berbagai orang dewasa lainnya. Setelah berhasil keluar dari dunia tersebut, sang Pangeran Kecil kemudian kembali ke Asteroid B-612 hanya untuk menemukan bahwa sang Mawar telah layu karena tidak ada yang merawatnya. Namun, momen ini juga menjadi titik balik bagi sang Pangeran Kecil untuk menemukan kembali sosok dirinya yang sebenarnya.

Secara visual, The Little Prince berhasil menggambarkan suasana dunia imajinasi yang penuh dengan estetika. Penggunaan animasi stop-motion yang disajikan memberikan efek transisi yang unik dan jarang terlihat. Pembawaan lagu yang dibuat oleh Camille dan Hans Zimmer dalam film animasi The Little Prince  juga berhasil memberikan sentuhan emosional kepada penonton.

Walaupun terlihat seperti film kanak-kanak, ide cerita yang ditawarkan oleh The Little Prince menyuguhkan beragam perspektif sesuai dengan usia dan pemahaman para penontonnya. Hal tersebut menjadikan film ini sebagai sajian yang dapat ditonton oleh kalangan mana pun. Berbagai makna simbolik dan filosofis yang disampaikan secara tersirat dalam film ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya dalam menyimpulkan pemaknaan dari simbol-simbol tersebut. Meskipun begitu, banyaknya makna simbolik yang terdapat dalam film ini mungkin dapat membuat para penonton sedikit kebingungan. Perbedaan cerita yang terdapat dalam dunia nyata sang Gadis Kecil dengan dunia imajinasi sang Pilot menimbulkan sedikit kerancuan terhadap plot cerita. Namun demikian, kerancuan tersebut tidak lantas mengurangi makna dan nilai estetika yang ditawarkan oleh The Little Prince.

Penyampaian cerita dalam film ini menyajikan metamorfosis seseorang sesuai dengan jalan kehidupan yang diambilnya. Melalui film ini, penonton diajarkan untuk merasakan sesuatu yang tak dapat dilihat dan melakukan kilas balik terhadap siapa diri mereka sebenarnya. Pada akhirnya, The Little Prince menjadi sebuah film yang membuat penonton kembali dihadapkan dengan dua pilihan: menjadi orang dewasa yang bebas dan bahagia atau menjadi orang dewasa yang membosankan dan tak bergairah.

Teks: Dimas Rama
Foto: Istimewa
Editor: Ruth Margaretha M.

Pers Suara Mahasiswa UI 2021
Independen, Lugas, dan Berkualitas!