Tingkat Kepercayaan Terhadap Pers Mahasiswa dan Relevansinya Pada Masa Kini

Redaksi Suara Mahasiswa · 24 Februari 2022
7 menit

Pendahuluan

Lahir sebagai bagian dari gerakan mahasiswa, pers mahasiswa menemui fungsinya sebagai media alternatif bagi pers arus utama. Dalam memanifestasikan fungsi ini, pers mahasiswa memiliki keunggulan komparatif berupa tidak perlunya ia menaruh perhatian secara signifikan terhadap iklan dan segmentasi pembaca. Sebab, dalam menjalankan kerjanya, pers mahasiswa telah memiliki jaminan anggaran dari universitas. Meski, hal ini pada gilirannya turut menimbulkan paradoks, yakni posisi ambivalen yang dimiliki pers mahasiswa di hadapan rektorat. Pada satu pihak, ia harus menempati posisi kritis bagi setiap entitas kekuasaan, termasuk kekuasaan di ranah kampus. Namun, pada pihak lain, tak kurang kasus pembredelan pers mahasiswa oleh rektorat tatkala ia menerbitkan berita yang mampu membelalakkan mata birokrat universitas. Situasi ini mencuatkan pertanyaan adakah pers mahasiswa, sebagai media alternatif pers utama, masih relevan dalam mengemban fungsinya sebagai media komunitas (community paper) (Bachtiar, 2003).

Belum lagi, dilema yang dihadapi pers mahasiswa di hadapan gerakan mahasiswa (Bachtiar, 2000). Sepanjang masa Reformasi, perdebatan tak berujung mengenai reposisi pers mahasiswa terhadap gerakan mahasiswa selalu mewarnai diskursus mengenai peran pers mahasiswa, terlebih pasca-tumbangnya rezim otoritarian yang menjadi musuh bersama pada 1998 (Utomo, 2013). Sejumlah entitas pers mahasiswa memilih untuk mengintegrasikan peran pers mahasiswa sebagai bagian dari gerakan mahasiswa. Adapun sejumlah pers mahasiswa lain memilih untuk tetap mempertahankan independensi dengan tidak menjalin hubungan mesra baik dengan gerakan maupun kekuasaan. Hal ini berbeda dengan pers arus utama, yang nyata sebagian di antaranya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah. Meski, masih terdapat sejumlah pers arus utama yang menjaga jarak dengan kekuasaan. Dalam konteks ini, relevansi pers mahasiswa sebagai media alternatif mesti ditinjau kembali, tidak lain demi merumuskan reposisi ideal terhadap situasi di atas.

Dalam penelitian ini, dirumuskan beberapa pertanyaan:

  1. Sejauh mana tingkat kepercayaan mahasiswa terhadap pers mahasiswa?
  2. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap relevansi pers mahasiswa sebagai media alternatif?
  3. Dalam hal apa dan sejauh mana pers mahasiswa memberikan pengaruh bagi wawasan mahasiswa?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap relevansi pers mahasiswa sebagai media alternatif dan dalam hal apa dan sejauh mana pers mahasiswa mampu memberikan pengaruh bagi wawasan mahasiswa. Selain itu, manfaat penelitian ini terletak pada data kunci yang akan berguna bagi pers mahasiswa untuk merumuskan produk dan pendekatannya dalam mencuatkan wacana alternatif.

Isi

Survei “Tingkat Kepercayaan Terhadap Pers Mahasiswa”  diisi oleh 165 responden yang tersebar dari berbagai universitas dan lembaga di seluruh Indonesia dengan periode penyebaran survei selama satu minggu dimulai pada tanggal 4 Februari 2022 hingga 11 Februari 2022. Responden tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa, tetapi juga sebagian kecil responden berasal dari kalangan non-mahasiswa. Hasil jajak pendapat ini memiliki tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error sebesar 7.60%.

Pada survei ini, pertanyaan awal yang diajukan kepada responden adalah apakah responden telah mengikuti media sosial Pers Mahasiswa serta berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakannya. Terungkap bahwa sebanyak 78,2 %(129) dari 165 responden mengikuti media sosial Pers Mahasiswa dan 21,8 % (36) responden tidak mengikuti perkembangan  melalui media sosial. Hal ini menunjukkan tingkat popularitas Pers Mahasiswa yang cukup tinggi sebagai media alternatif di lingkungan perguruan tinggi.

Keikutsertaan responden terhadap acara atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Pers Mahasiswa  memperoleh hasil yang cukup tipis selisihnya antara jawaban pernah dan tidak, di mana jawaban pernah memperoleh hasil 53,9 % (89) dan jawaban tidak memperoleh hasil  46,1% (76). Dapat dikatakan acara atau kegiatan yang diselenggarakan oleh Pers Mahasiswa cukup diketahui dan menarik perhatian sebagian responden.

Pertanyaan selanjutnya mengenai Seberapa besar pengaruh produk berita yang dihasilkan oleh persma terhadap wawasan informasi berita di publik,  terdapat ukuran skala satu sampai empat untuk mengetahui tingkat preferensi publik dimana satu berarti sangat kurang dan empat berarti sangat cukup. Pada pertanyaan tersebut, terdapat 8 orang memilih skala satu, 18 orang memilih skala dua, 92 orang memilih skala tiga, dan 47 orang memilih skala empat. Dapat disimpulkan bahwa produk berita yang dihasilkan oleh Persma cukup berpengaruh pada wawasan informasi berita responden.

Hal ini juga selaras dengan pertanyaan mengenai seberapa besar persma menjadi sumber informasi berita alternatif di kampus dimana terdapat 7 orang memilih skala satu, 23 orang memilih skala dua, 71 orang memilih skala tiga, dan 64 orang memilih skala empat. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menganggap bahwa persma menjadi sumber informasi berita alternatif di kampus.

Pada bagian pengetahuan terkait Pers Mahasiswa, terdapat empat pertanyaan yaitu pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi serta hak dan kewajiban persma. Pada pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi pers mahasiswa terdapat 17 orang memilih skala satu, 37 orang memilih skala dua, 69 orang memilih skala tiga, dan 42 orang memilih skala empat. Dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar responden terkait tugas pokok dan fungsi Pers Mahasiswa cukup tinggi dengan jumlah responden sebanyak 111 orang. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat pengetahuan sebagian besar responden terkait dengan hak dan kewajiban pers mahasiswa juga cukup tinggi dimana terdapat 17 orang memilih skala satu, 42 orang memilih skala dua, 67 orang memilih skala tiga, dan 39 orang memilih skala empat.

Pada bagian berikutnya, diberikan pernyataan yang nantinya akan dinilai oleh responden sesuai dengan relevansi keberadaan pers mahasiswa terhadap diri responden tersebut, dengan skala satu sampai empat: satu berarti sangat kurang hingga empat yang berarti sangat cukup. Pada pernyataan pertama, yaitu pengaruh kehadiran pers mahasiswa, terdapat 8 orang memilih skala 1, 24 orang memilih skala dua, 70 orang memilih skala tiga, dan 63 orang memilih skala empat. Pada pernyataan kualitas produk yang dihasilkan oleh pers mahasiswa terdapat 9 orang memilih skala satu, 27 orang memilih skala dua, 83 orang memilih skala tiga, dan 46 orang memilih skala empat.

Pada pernyataan tingkat kepercayaan, terdapat 7 orang memilih skala satu, 30 orang memilih skala dua, 68 orang memilih skala tiga, dan 60 orang memilih skala empat. Pada pernyataan relevansi organisasi, terdapat 6 orang memilih skala satu, 17 orang memilih skala dua, 84 orang memilih skala tiga, dan 58 orang memilih skala empat. Pada pernyataan transparansi, terdapat 9 orang memilih skala satu, 27 orang memilih skala dua, 77 orang memilih skala tiga, dan 52 orang memilih skala empat.

Dari jawaban responden pada kelima pernyataan tersebut, skala tiga selalu menjadi yang terbanyak dipilih oleh responden pada setiap pernyataan. Hal ini membuktikan bahwa kehadiran pers mahasiswa masih cukup relevan sebagai media alternatif yang independen dan tepercaya di lingkungan perguruan tinggi. Berangkat dari hal tersebut, Pers Mahasiswa dapat menjadikan penilaian responden sebagai tolak ukur dalam meningkatkan pengaruh, kualitas produk, tingkat kepercayaan, relevansi organisasi, dan juga transparansi sebagai bagian dari media berita alternatif yang independen dan tepercaya.

Pada bagian akhir survei, terdapat kolom bebas bagi responden untuk menuliskan kritik, saran, dan harapan kepada pers mahasiswa.  Berdasarkan beberapa masukan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa responden merasa pers mahasiswa perlu lebih peka, kritis, dan terbuka terhadap isu-isu nasional maupun isu-isu di kampus yang jarang dapat dijangkau dan diberitakan oleh media mainstream. Selain itu, responden juga merasa publikasi yang dilakukan oleh pers mahasiswa harus lebih luas dan dapat dengan mudah dijangkau oleh mahasiswa serta dapat menghasilkan produk berita yang kritis, populis, independen, tepercaya, dan transparan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden, “Persma sebagai media alternatif seharusnya juga mengangkat isu-isu lain di luar kampus. Ketika media lain berpihak pada salah satu pihak, persma bisa menjadi media yang dipercaya mahasiswa dan masyarakat akan transparansi dan independensinya. Saya harap persma tetap bisa menjadi media yang independen tanpa ditunggangi oleh pihak manapun dan diakui oleh masyarakat luas.” Harapan juga banyak disampaikan oleh responden agar pers mahasiswa bisa menjadi media alternatif yang independen dan berkualitas, seperti tanggapan salah satu responden “Semoga persma tetap menjalankan perannya sebagai controlling kampus maupun luar kampus dan selalu menjadi media alternatif”.

Kesimpulan

Peran pers mahasiswa masih dinilai cukup baik sebagai media alternatif mahasiswa. Hal itu terlihat dari cukup tingginya penilaian terhadap aspek-aspek yang dijadikan tolak ukur, seperti eksistensi, kepercayaan, terhadap informasi, kualitas produk yang dihasilkan serta aspek-aspek lainnya. Namun demikian, kehadiran pers mahasiswa tampaknya harus lebih transparan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang masih belum mengetahui hak dan kewajiban serta tugas pokok dan fungsi yang dimiliki oleh pers mahasiswa, juga kurangnya keberanian pers mahasiswa untuk meliput pemberitaan yang sensitif terkait kampus. Dari kritik dan saran tersebut, pers mahasiswa diharapkan mampu memberitakan berbagai isu yang tidak dijangkau media arus utama, memperluas jangkauan informasi, serta mampu menghasilkan berita-berita berkualitas, independen, tepercaya, transparan, serta kritis.

Referensi

Bachtiar, Hasan. (2000). “Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998: Menuntaskan Romantisme Sejarah”. Sarasehan Nasional Pers Mahasiswa, 18–19 September 2000.

____________. (2003). “The Actor Behind the Scene: Sekelumit Cerita Romantisme Sejarah Pers Mahasiswa”. Tradem, Edisi V, April 2003.

Utomo, Wisnu Prasetya. (2013). Pers Mahasiswa Melawan Komersialisasi Pendidikan. Yogyakarta: Indie Book Corner.


Teks: Tim Litbang Suma UI, Tim Litbang LPM Poros UAD, Tim Litbang BPPM Balairung UGM, Tim Litbang LPM Progress Unindra
Foto: Istimewa
Ilustrasi: Shalma Aisya

Pers Suara Mahasiswa UI 2022
Independen, Lugas, dan Berkualitas!