Logo Suma

Tradisi Tahunan OKK UI: Sambut Mahasiswa Baru dengan Kericuhan

Redaksi Suara Mahasiswa · 13 Agustus 2024
7 menit

Senin (12/8/2024), acara puncak Orientasi Kehidupan Kampus (OKK UI) kembali diselenggarakan di Balairung Universitas Indonesia (UI). Acara ini merupakan penutup dari rangkaian orientasi bagi mahasiswa baru UI yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa UI.

Puncak OKK UI 2024 ini dibagi ke dalam dua sesi, dengan gelar wicara dan penampilan musik band yang berbeda di setiap sesinya. Selain itu, terdapat juga sesi orasi dari organisasi kampus dan seremonial penyerahan pembinaan mahasiswa baru dari ketua pelaksana OKK kepada ketua pelaksana orientasi dari masing-masing fakultas yang diadakan pada awal sesi kedua.

Sama seperti tahun sebelumnya, Acara Puncak OKK UI kembali mengalami kericuhan saat  Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM UI) menyampaikan orasi. Pada saat orasi Ketua BEM UI berlangsung, terjadi kericuhan antara staf BEM UI yang berupaya merangsek ke panggung dengan staf OKK yang kemudian dibantu oleh staf Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK). Ketegangan antara kedua organisasi ini akhirnya terselesaikan setelah ketua BEM UI dan ketua pelaksana OKK UI berdiri bersama di panggung di akhir sesi kedua.

Sesi Gelar Wicara Diisi oleh Politikus dan Ahli Kesehatan

Berbeda dengan OKK tahun sebelumnya, sesi gelar wicara kali ini menampilkan pembicara dari latar belakang politik dan kesehatan. OKK UI menghadirkan Meutya Viada Hafid, Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pembicara dan Jerome Polin sebagai moderator di sesi 1. Mahasiswa baru yang mengikuti sesi 2 disuguhkan gelar wicara dengan seksolog Boyke Dian Nugraha sebagai pembicara dan Ahmad “Pasming Based” Dekatama sebagai moderator. Terdapat pula penampilan band Rechtovibes di sesi 1 dan Adrian Khalif dari JGTC di sesi 2 sebagai pemungkas acara.

Sesi 1 dibuka oleh MC Alisha dan Aulia. Sesi kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari Direktur Kemahasiswaan Universitas Indonesia Badrul Munir, PhD. Dalam sambutannya, Badrul Munir mengajak mahasiswa untuk memanfaatkan waktu berkuliah. “Kenali banyak teman anda, kenali banyak kegiatan-kegiatan…kita semua memberikan kesempatan seluas-luasnya.”, demikian saran dari Pak Badrul.

Para mahasiswa baru mendengarkan sesi gelar wicara dengan Meutya Viada Hafid. (Suma/Jeromi Mikhael)

Setelah kata sambutan dari Direktur Kemahasiswaan, sesi 1 dilanjutkan dengan gelar wicara dari Meutya Viada Hafid sebagai narasumber dengan dipandu oleh Jerome Polin sebagai moderator. Dalam pembicaraannya, Meutya menjelaskan pengalaman dan tantangan yang dihadapinya sebagai mahasiswa magister ilmu politik, mulai dari lintas jurusan, kembali mempelajari dasar-dasar ilmu politik, dan belajar dari teman-teman sekelas yang memperoleh nilai lebih baik. Meutya juga menyinggung pengalamannya mendapat sorotan nasional saat ia diculik di Irak dalam tugasnya sebagai jurnalis dan keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPR.

Penampilan dari band Rechtovibes di sesi 1. (Suma/Jeromi Mikhael)

Sesi 1 dilanjutkan dengan tanya jawab antara MC dengan Jerome Polin. Di dalam tanya jawab, Jerome membahas mengenai kehidupan perkuliahannya di Jepang dan menyeimbangkan antara akademis dan non-akademis. Jerome sempat memberikan kuis logika dan matematika bagi para peserta sesi 1 sebelum menerima plakat. Jerome kemudian memandu para mahasiswa baru untuk bersama-sama meneriakkan jargon OKK UI 2024, "Seribu Ambisi, Satu Harmoni". Sesi 1 diakhiri dengan penampilan jingle OKK UI dari Rechtovibes. Para mahasiswa baru mulai membubarkan diri dari balairung sekitar pukul 11.

Setelah sesi 1 selesai, para mahasiswa baru diarahkan keluar untuk mengikuti kegiatan mentoring bersama dengan mentor masing-masing. (Suma/Jeromi Mikhael)

Para mahasiswa baru yang akan mengikuti sesi 1 mendapatkan berbagai insight dari gelar wicara sesi 1. “[Saya jadi belajar] …bahwa sebenarnya gagal adalah kesuksesan yang tertunda”, ungkap Tirta, seorang mahasiswa baru Fasilkom.

Meski demikian, penyelenggaraan sesi 1 tidak luput dari kritik para mahasiswa. Tirta mengeluhkan kursi-kursi di lantai atas balairung yang ditutup. “Di atas itu ada beberapa kursi yang diblokir dan itu menjadikan mahasiswa susah untuk mobilitas, masuknya, gitu. Karena sampai di atas ada beberapa kursi yang sudah diblokir. Harusnya tuh itu diinfokan terlebih dahulu sebelum mahasiswa masuk.”

Hafiz mengkritik waktu pelaksanaan sesi 1 yang tidak sesuai jadwal. “Dari pagi kami jam 07.00 masuk, jam 07.30 acara mulai. Karena kami diimbau untuk datang acara jam 6 ya, nah, menurut saya itu agak ngaret sih. Kalau bisa, diinfokan apa adanya gitu. Kalau memang mulai jam 7.30, ya, baiknya kami diimbau untuk datang jam 7 tapi tidak dari jam 6.”

Para ketua pelaksana program orientasi fakultas di Universitas Indonesia berfoto dengan mengenakan bendera dari masing-masing fakultas. (Suma/Jeromi Mikhael)

Menjelang pukul 13.00, para mahasiswa baru yang dijadwalkan untuk sesi kedua acara puncak OKK UI 2024 mulai berbondong-bondong memenuhi Balairung. Berbeda dengan partisipan sesi 1 yang mengenakan atasan putih, mereka kali ini memakai atasan batik sebagai bagian dari ketentuan berpakaian yang telah ditetapkan oleh OKK UI 2024. Setelah pembukaan oleh MC Alisha dan Aulia, acara dimulai dengan agenda penyerahan tanggung jawab pembinaan mahasiswa baru secara simbolis kepada ketua pelaksana program orientasi dari masing-masing fakultas oleh Ketua Pelaksana OKK UI 2024, Rafi Wiraseno, dengan mengalungkan bendera masing-masing fakultas.

Orasi dari Brevka Noufalio selaku Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UI bersama dengan sejumlah anggota independen lainnya. (Suma/Jeromi Mikhael)

Selanjutnya, petinggi dari UKM kelembagaan UI bergiliran menyampaikan orasi. Brevka Noufalio sebagai Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UI bersama dengan anggota independen lainnya mengambil giliran pertama untuk memperkenalkan diri serta menjelaskan fungsi DPM UI sebagai wadah penampung aspirasi para mahasiswa.

Orasi dari Muhammad Zahid Abdullah selaku anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UI Unsur Mahasiswa (UM). (Suma/Jeromi Mikhael)

Orasi dilanjutkan oleh Muhammad Zahid Abdullah, anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UI Unsur Mahasiswa (UM), yang berorasi mengenai urgensi pemilihan rektor UI tahun 2024 bagi mahasiswa baru. Setelah itu, Alif Ramadhan selaku Ketua Kongres Mahasiswa UI mengumandangkan orasi yang disambut dengan semangat oleh para peserta.

Orasi Berujung Kericuhan

Orasi dari Verrel Uziel selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI. (Suma/Jeromi Mikhael)

Saat giliran BEM UI tiba, Verrel Uziel sebagai Ketua BEM UI 2024 turut memberikan orasi yang tidak kalah berkobar-kobar. Namun, di tengah-tengah seruan “Hidup mahasiswa!”, kericuhan mendadak pecah memasuki Balairung.

Diketahui beberapa anggota BEM UI memaksa masuk ke dalam untuk berdemonstrasi tanpa izin dari pihak panitia OKK UI 2024. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menyamar menjadi mahasiswa baru dan mengambil tempat duduk di antara mereka. Hal ini membuat suasana di Balairung seketika memanas.

Panitia OKK UI 2024 lantas menghalau pihak BEM UI secara paksa, mematikan mikrofon yang dipegang oleh Verrel, serta menutup akses keluar masuk Balairung. Di tengah-tengah kerusuhan tersebut, Rafi selaku Project Officer OKK UI 2024 menyerukan kekecewaannya terhadap BEM UI yang direspon dengan lantang dari para peserta.

“Dan tolong, BEM UI, evaluasi kinerja kalian. PR UI masih banyak, salah satunya [adalah] kalian!” begitu ujar Rafi.

Sama seperti tahun sebelumnya, Acara Puncak OKK UI sekali lagi diwarnai oleh kegaduhan yang melibatkan panitia OKK UI dan BEM UI dikarenakan masalah perizinan. Sementara acara berlangsung, cekcok di antara mereka tetap terus berlanjut di luar Balairung. Kedua pihak saling mengeluarkan sumpah serapah dan tuduhan terhadap satu sama lain.

Pihak BEM UI sendiri memprotes tindakan kekerasan yang dilakukan oleh panitia OKK UI 2024 dan mengklaim bahwa mereka sudah memiliki wewenang untuk masuk ke dalam Balairung.

“Kami, tuh, teman-teman sospol sebenarnya dikasih waktu untuk masuk ke OKK. Nah, kita pun udah tahu, nih, walaupun kita diam atau jalan kaki aja udah diikutin. Pas kita datang ke sini, belum lari aja udah di-stop-stop padahal kita kan juga udah punya hak, dong. Nah, ketika salah satu teman saya ini lari, emang harus ke sana duluan waktu itu, dia tiba-tiba di-stop. Di-stop-nya tuh benar-benar ditekel dan didorong sampai ke bawah lantai [...] Kebetulan juga kating gue tuh ditekel sama orang yang tiga kali [besar] badannya. Itu bisa dibayangin aja lehernya itu dipiting. Kalau didorong, dipisahin pun kagak mau. Itu berlebihan gitu. Yang gue mau misahin pun gue ditarik-tarik, ketika gue dipisahin pun juga gue dipukul dan akhirnya pun datang Wakil Ketua BEM, Iqbal. Nah, selain gue juga banyak kasus-kasus [anggota] lain yang kena kekerasan,” ungkap Iqbal yang merupakan perwakilan dari BEM FIA 2024.

Sudibyo atau akrab disapa sebagai Pak Dibyo turut memberikan keterangannya kepada Suma UI selaku pihak ketiga yang membantu mediasi antara OKK UI 2024 dan BEM UI. “[...] Saya minta ini harus diselesaikan baik-baik, ya. Nanti kalau ada kekerasan atau apa segala macam, ya, kan, ada bukti-buktinya, gitu aja. Yang penting, masa sesama anak UI berantem, sih? Nggak bagus, dong, apalagi di depan adik-adik mahasiswa baru. Saya nggak bilang siapa [yang] salah [dan yang] nggak salah, yang penting ini diselesaikan dan nanti pastinya kita akan lihat dulu seperti apa.”

Namun, ketika ditanya apa tindakan yang akan diambil oleh pihak UI jika terbukti adanya kekerasan, Pak Dibyo menjawab hal tersebut bukan wewenangnya, melainkan pimpinan UI. Ia menjelaskan tindakan baru akan diambil setelah laporan yang dikirim Unit Pelaksana Teknis Pengamanan Lingkungan Kampus (UPT PLK) UI diterima dan diperiksa. Ia hanya berharap segala permasalahan antara kedua pihak bisa diselesaikan dengan baik.

Setelah berbagai macam upaya mediasi, Verrel dan Rafi bersama-sama naik ke atas panggung usai sesi gelar wicara untuk melakukan klarifikasi atas kegaduhan yang baru saja terjadi.

“Kita walaupun berbeda kepentingan, tapi kita tetap ada di satu pihak. [Kami] ada di pihak mahasiswa,” ucap Rafi. Meskipun demikian, kedua pihak masih dapat dipastikan saling menyindir dan menyoroti inkompetensi masing-masing.

Dilansir dari Instagram Story yang diunggah Verrel di akun pribadinya (@verreluzl) beberapa jam kemudian, ia menegaskan bahwa BEM UI tidak memiliki niat untuk melukai dan hanya memiliki tujuan untuk membuka pandangan terhadap para mahasiswa baru terkait permasalahan yang dialami oleh kampus. Ia juga menyayangkan tindakan reaktif dan represif dari segelintir anggota panitia OKK UI 2024 yang menggunakan kekerasan fisik terhadap anggota BEM UI.

Unggahan tersebut lantas direspon oleh Rafi (@rafi.wiraseno) yang mengklaim bahwa setidaknya ada empat staf Keamanan OKK UI 2024 dan seorang mahasiswa baru yang terluka akibat kericuhan yang dipicu oleh BEM UI. Ia menuntut agar Verrel meminta maaf jika BEM UI “memang organisasi yang berada di pihak mahasiswa” dan sekali lagi berseru kepada BEM UI untuk mengevaluasi kinerja mereka.

Sejumlah mahasiswa baru yang diwawancara oleh Suara Mahasiswa cukup kaget melihat kerusuhan yang terjadi namun menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari OKK. “...Tiba-tiba kaget karena ada keributan gitu, tapi aku pikir, oh ini dramanya tiap tahun, mungkin, gitu ya. Nah terus, lama-lama kayak, oh seru juga ada ribut-ribut begini di tengah event, jadi kayak bener-bener ngerasain jadi rakyat gitu, disampein orasinya, terus tiba-tiba balik lagi ke konsep seru-seruan”, ungkap Theo, mahasiswa baru dari FH.

Teks: Jeromi Mikhael Asido, Aulia Jasmine Zaafarani

Foto: Jeromi Mikhael Asido, Aziizah Putri

Desain: Ferre Reza Putri

Editor: Jesica Dominiq M.

Pers Suara Mahasiswa 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas