UI Mencari Rektor: Alumni UI Khawatirkan Keterlibatan 35% Suara Pemerintah

Redaksi Suara Mahasiswa · 21 Juli 2024
3 menit

Pada tanggal 20 Juli 2024, Sosialisasi Pemilihan Rektor Universitas Indonesia Periode 2024-2029 dengan tajuk “UI Mencari Rektor” via Zoom telah dilaksanakan. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi yang komprehensif mengenai kriteria calon rektor, linimasa, dan tahapan-tahapan pemilihan rektor, serta demonstrasi penggunaan website resmi pemilihan rektor.

Adapun persyaratan umum bagi calon rektor antara lain adalah berkewarganegaraan Indonesia; sehat jasmani dan rohani; berpendidikan dan bergelar doktor, doktor terapan atau sub spesialis; berintegritas, berkomitmen, dan berkepemimpinan yang tinggi; memiliki kreativitas untuk mengembangkan potensi UI; berwawasan luas mengenai pendidikan tinggi; belum berusia 60 (enam puluh) tahun pada saat dilantik menjadi Rektor; bukan anggota partai politik atau organisasi yang berafiliasi secara langsung dengan partai politik paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; tidak pernah dihukum berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap; serta memiliki kematangan pribadi, keterampilan interpersonal, dan kemampuan kerja sama yang baik dengan berbagai pemangku kepentingan.

Linimasa proses pemilihan rektor UI merupakan rangkaian yang cukup memakan waktu. Proses ini mencakup beberapa tahapan penting, yaitu penjaringan, penyaringan, pemungutan suara, penetapan, dan pelantikan. Dimulai dari pendaftaran bakal calon rektor pada Juli silam, proses ini akan mencapai puncaknya dengan pelantikan rektor oleh Majelis Wali Amanat (MWA) pada 4 Desember mendatang.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Khusus Pemilihan Rektor UI Periode 2024-2029, Bambang Wibawarta, menyampaikan pentingnya UI untuk dapat memilih sosok rektor yang dapat membawa perubahan pola pikir, menciptakan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perubahan, dan memiliki kemampuan untuk memimpin inovasi disruptif di UI.

Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif terlibat dan memberikan masukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua aspek penting diperhatikan dan dipertimbangkan sehingga rektor yang terpilih dapat memenuhi harapan dan kebutuhan Universitas Indonesia.

Syafriwaldi, anggota UPT PLK UI, mengajukan pertanyaan terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UI. "Apakah PPKS termasuk menjadi salah satu bentuk integritas yang harus dimiliki oleh calon rektor yang akan terpilih?" tanyanya.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Bambang menjelaskan bahwa pertimbangan terhadap PPKS dan berbagai aspek terkait memang menjadi perhatian serius dalam proses pemilihan rektor. "Kami tidak hanya mempertimbangkan aspek PPKS, tetapi juga berbagai bentuk kekerasan dan masalah lainnya seperti narkoba, korupsi, dan isu penting lainnya. Semua ini menjadi bagian dari pertimbangan dalam Majelis Wali Amanat (MWA)," ujar Bambang.

Lebih lanjut, Freddy Harris, anggota Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR) UI Periode 2024-2029, menambahkan bahwa PPKS merupakan bagian penting dari kepribadian calon. "Meskipun tidak secara tertulis dijadikan salah satu kriteria resmi, PPKS tetap merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam proses seleksi," jelas Freddy.

Selain Syafriwaldi, peserta lainnya, yaitu Yuyu Djafar yang merupakan alumni UI, juga menyampaikan pertanyaan dan keresahannya melalui kolom chat. Ia mengajukan pertanyaan terkait keterlibatan suara Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) dalam Pemilihan Rektor.

“Saya mau bertanya tentang keterlibatan suara Kemendikbudristek dalam pemilihan Rektor ini. Jika ada, apakah sebaiknya keterlibatan ini ditiadakan saja? karena menurut saya, suara pemerintah sangat rawan terhadap black campaign.” tulisnya.

Sebelumnya, keresahan serupa juga diungkapkan oleh salah satu Ikatan Alumni (Iluni) UI, Ferdi Susanto, ketika P3CR menyelenggarakan sosialisasi internal di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI pada Rabu (17/07) lalu.

“... yang kita ketahui bahwa unsur pemerintah dalam pemilihan ini mempunyai 35% suara atau ekuivalen dengan 6—7 suara. Akan sangat tidak menjadi sebuah pertandingan yang imbang, jika nanti suara pemerintah ini di-titip-kan ke satu kandidat. Oleh karena itu, tolong sampaikan kepada MWA bahwa suara pemerintah harus terbagi. Jika suara pemerintah tidak terbagi, maka kita akan mendapatkan rektor UI yang hanya menjadi perpanjangan tangan dari istana; yang akan menjadikan UI sebagai endorsemen pemerintah, bukan menjadikan UI sebagai media kontrol terhadap kekuasaan pemerintah." Ujarnya

Menanggapi pertanyaan tersebut, Bambang menjelaskan bahwa suara dari pemerintah tetap memiliki proporsi 35% sesuai dengan undang-undang. "Ini bukan serta merta pemerintah menentukan sendiri. Pasti akan ada diskusi dengan Majelis Wali Amanat (MWA). Pemerintah tidak menetapkan sendiri semaunya," ujar Bambang.

Ia menambahkan bahwa akan ada diskusi untuk memahami dinamika yang terjadi dan proses yang sedang berlangsung. "Kita percaya bahwa sejauh kita berintegritas dan menampilkan proses yang transparan, kita bisa berdiskusi dengan baik dengan pihak pemerintah, dalam hal ini yang diwakili oleh Kemendikbud," tambahnya.

Tak hanya soal politik, Iwan sebagai alumni Ul menyatakan bahwa mereka (alumni UI) memiliki perhatian terhadap kondisi lingkungan di kampus Ul. “Bagi saya, mau calonnya dari internal atau eksternal, nggak masalah. Yang penting beliau harus lebih peduli terhadap kondisi lingkungan kampus, khususnya soal sampah yang sudah bertahun-tahun nggak beres-beres. TPA Cipayung sudah bermasalah, (lalu) kenapa Ul tidak memberi contoh yang baik? Kan banyak ahlinya di UI. Kami pun dari alumni siap memberi support untuk merealisasikan kampus Ul yang benar-benar ramah (terhadap) lingkungan.” Tulisnya pada kolom chat.

Di akhir sesi, Ketua Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR) UI Periode 2024-2029, Sigit Pranowo, menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pihak dalam proses pemilihan rektor UI. Sigit juga menegaskan bahwa keterlibatan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak akan membantu menciptakan proses yang transparan dan akuntabel.

"Tentunya kita semua harus bisa mengawal proses pemilihan rektor ini. Keterlibatan kita semua, baik yang di dalam UI maupun di luar UI, sangat penting. Dengan adanya partisipasi dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa proses pemilihan ini berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan harapan semua pihak," ujar Sigit.

Teks:  Amanda Thesa dan Alia Fatika S.

Editor: Choirunnisa Nur F.

Pers Suara Mahasiswa UI 2024

Independen, Lugas, dan Berkualitas