UI Film Festival: Menilik Dapur Penyelenggaraan Festival Film Virtual

Redaksi Suara Mahasiswa · 21 September 2020
5 menit

By Satrio Alif, M Sbastian Rai

Dari dulu hingga kini, Film merupakan salah satu hal yang sangat digemari oleh semua generasi. Dengan suguhan mozaik audio visualnya yang sangat menarik ditambah dengan alur cerita yang mengalir, film selalu menjadi tontonan favorit. Selain itu, film memiliki dapur pembuatan yang sangat menarik untuk diketahui lebih dalam.

Dapur pembuatan film selalu menarik untuk diulas karena bukan hanya menyajikan tentang apa yang terjadi di balik layar saja. Lebih dari itu, dapur pembuatan film juga menampilkan bagaimana suatu adegan bisa terjadi dan bagaimana proses menciptakan suatu perspektif gambar yang digunakan dalam penayangan film.

Kekayaan yang berada di balik film dan dapurnya biasanya diulas melalui suatu acara yang khusus membahas film serta segala sesuatu yang ada di dalamnya yaitu festival film. Festival film selalu ditunggu kehadirannya oleh para penikmat film yang ingin mengulas lebih dalam mengenai segala sesuatu mengenai film. Festival film ini ada di banyak tempat seperti contohnya Festival Film Bandung, Festcil, Jogja Asian Film Festival, serta berbagai event lainnya. Di lingkungan UI sendiri juga memiliki suatu festival film yang bernama UI Film Festival (UIFF).

Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2014, UIFF mendapatkan animo yang tinggi dari mahasiswa pada setiap tahunnya. Tidak hanya berisikan penayangan film dan diskusi tentang film saja, UIFF juga mengadakan kompetisi sinema yang diikuti oleh berbagai komunitas sinema di Indonesia.

Animo yang sangat tinggi tersebut tentu membuat ekspektasi terhadap penyelenggaraan UIFF juga sangat tinggi. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih masif penyebarannya di Indonesia, panitia UIFF harus berpikir keras untuk memenuhi ekspektasi tersebut di tengah keterbatasan yang ada. Dengan konsep virtual festival yang dibawa pada penyelenggaraannya tahun ini, UlFF akan membawa kamu untuk mendapatkan pengalaman istimewa dengan menghadirkan festival film ke layar masing-masing melalui gawai kamu. Lantas, bagaimana UIFF 2020 ini akan berlangsung? Yuk, simak wawancara kami bersama Project Officer UIFF 2020, Bagus Wijaya.

Mengemas Wajah Sinema Masa Kini Selama 5 Hari

Pada 21-25 September mendatang, UIFF 2020 akan melangsungkan festival film yang tak boleh dilewatkan oleh para penikmat film. Dengan membawakan tema "Kiwari: Wajah Sinema Masa Kini", UIFF berniat untuk memperlihatkan kepada penikmat film, pengaruh perkembangan teknologi zaman sekarang dengan wajah sinema produksi-produksi tanah air. Tema ini pun diilhami dari pengalaman Bagus Wijaya, Project Officer UIFF, yang juga mahasiswa FMIPA UI '17, ia mengakui tema ini didapat ketika perbincangan tentang film-film favorit ramai didengungkan,

“Untuk tema, saya saat itu baru kepikiran di bulan Maret deh… Waktu itu saya inget lagi rame orang-orang pada buat list film terbaik mereka di dekade sebelumnya. Dari situ saya kepikiran untuk bikin tema besar yang bisa nge-eksplor perkembangan film-film yang ada di Indonesia. Kiwari sendiri kan artinya zaman sekarang, dan dengan tema itu kita mau melihat kembali sudah sampai mana perkembangan film yang ada di Indonesia. Khususnya film buatan mahasiswa,” pungkas Bagus.

Niatan untuk mengeksplor perkembangan film di Indonesia ternyata memang bukan keinginan belaka, karena UIFF 2020 ini akan berlangsung selama 5 hari lamanya, terhitung sejak 21 September 2020. Rangkaian acara yang menarik pun sudah dipersiapkan oleh panitia UIFF 2020, di antaranya Kompetisi UIFF, Mahasiswa Bicara Film (MBF), Penayangan Spesial, dan Diskusi Panel yang terbuka bagi masyarakat umum.

“Film-film finalis kompetisi ditayangkan dari hari pertama sampe hari keempat. Film Nonkompetisi (Penayangan Spesial—red) ditayangkan full selama 5 hari, dan Diskusi umum diadakan di hari ke-5. Untuk MBF, kami memberikan workshop apresiasi film sebelum acara dimulai, dan nanti mereka pun ikut menilai film-film yang ditayangkan di hari H. Selain itu di hari terakhir juga ada malam penganugerahan di mana kami akan mengumumkan film pemenang Kompetisi dan mahasiswa pemenang esai terbaik MBF”, sambungnya.

Dilihat dari jumlah hari penayangan, tentu saja banyak karya yang sudah terkumpul pada kompetisi UIFF ini, lantas bagaimana panitia menentukan pemenang dari acara yang akan diselenggarakan selama 5 hari ini?

“Kriteria penilaian mungkin agak sulit buat dijelaskan ya, karena film-film yang masuk sangat beragam jadi banyak banget pertimbangan yang dilakukan. Tapi yang pasti kita melihat dari segi teknisnya, film mana yang memang bagus dan layak untuk ditayangkan di festival ini, kemudian apakah film itu sesuai dengan tema yang mau kita bawakan ke penonton. Terakhir kita pilih film yang paling baik dalam menyampaikan poin-poin tersebut,” jawabnya.

Selain kompetisi pembuatan film, UIFF juga menyelenggarakan MBF yang diharapkan dapat memberikan ruang bagi mahasiswa penikmat film untuk menyuarakan pendapat kritisnya mengenai bidang perfilman negara ini.

Bukan dengan mengkritisi secara asal, tetapi MBF pun memiliki kriterianya sendiri yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan pemenang terbaik dalam mengkritisi hal terkait bidang perfilman.

“Penilaian esai tentunya. Kita menilai sebagus dan serapi apa tulisan esai peserta, lalu semenarik dan sepenting apa topik yang diangkat. Lalu apakah esai mereka sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan,” tambah Bagus.

Adaptasi UIFF di Masa Pandemi

Berbeda dengan UIFF tahun-tahun sebelumnya, UIFF 2020 ini secara keseluruhan diadakan secara daring, melalui kanal virtual Zoom dan YouTube. Perubahan ini membuat program Sinema Kaki Lima yang biasanya ditayangkan lewat layar tancap di UI akan beralih dengan Penayangan Spesial yang memanfaatkan kanal-kanal tersebut. Selain itu, meski sempat dibuat bingung dengan rancangan konsep dan pendanaan, panitia UIFF menunjukkan tekad kuat mereka melalui perhelatan UIFF yang sudah di depan mata. Bahkan, euforia UIFF kali ini di luar ekspektasi Bagus, selaku Project Officer, terutama dalam Kompetisi UIFF. Kompetisi UIFF yang dibuka sejak 3 Juni - 1 Agustus 2020 lalu telah diikuti oleh 125 peserta, dan telah mendapat 12 finalis yang filmnya siap ditayangkan selama festival.

“Untuk kompetisi, tadinya saya khawatir bakal sedikit yang ikut gara-gara pandemi ini. Tapi ternyata lumayan banyak yang masuk, ada 125 film. Dan filmnya bagus-bagus! Dan yang daftar buat nonton pun melebihi ekspektasi," tutur Project Officer UIFF

Adapun untuk Penayangan Spesial, UIFF telah mengumpulkan lebih dari 20 film yang diproduksi oleh mahasiswa UI maupun distributor atau rumah produksi. Penayangan Spesial ini akan diadakan melalui YouTube dengan harapan menjangkau audiens lebih banyak lagi. Rasanya kurang jika film-film tersebut tidak dibedah bersama. Untuk itu, setelah penayangan, akan ada diskusi bersama filmmaker-filmmaker melalui kanal Zoom.

“Sedangkan untuk film Nonkompetisi, kita mengambil dari berbagai macam distributor atau rumah produksi. Kita juga menayangkan film-film karya mahasiswa-mahasiswa UI dari berbagai fakultas," sambungnya.

Tidak Bisa Dilewatkan!

Dengan segala rangkaian acaranya, UIFF 2020 ini sangat sayang untuk dilewatkan. Dengan tema “Kiwari”, UIFF 2020 akan menawari sejumlah film produksi tanah air yang akan membuka mata kita tentang rupa dari wajah sinema kita sendiri. Tak hanya itu, festival ini juga mengajak kita menggali pengetahuan baru tentang perfilman atau sinematografi.

Project Officer UIFF 2020 juga berharap agar seluruh rangkaian acara UIFF dapat berjalan lancar dan film-film yang akan ditayangkan bisa menjadi pengisi kebosanan di situasi pandemi ini bahkan menjadi inspirasi untuk berkarya kedepannya.

“Di UIFF, ada film-film dengan beragam sudut pandang dan latar belakang yang menarik, pastinya bisa menghibur penonton di kala kebosanan yang melanda sekarang, sekaligus membuka wawasan tentang film-film yang beredar di Indonesia. Dan buat sebagian dari kalian yang pengen terjun ke dunia film, acara ini mungkin bisa jadi pintu masuk ke sana karena di sini bakal ketemu sama filmmaker-filmmaker yang udah berpengalaman,” tutup Bagus.

Teks: Satrio Alif, M Sbastian Rai
Kontributor: Zuhairah Syarah
Ilustrasi: Jeremy Yap (Unsplash)
Editor: Rifki Wahyudi

Pers Suara Mahasiswa UI 2020
Independen, Lugas, dan Berkualitas