Opini: Program Kampus Merdeka, Haruskah Dilanjutkan?

Redaksi Suara Mahasiswa · 7 Agustus 2024
6 menit

Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia (Kemendikbudristek) saat ini tengah ramai diperbincangkan setelah laporan salah satu program, yakni Magang Merdeka Bersertifikat (MSIB) mengalami penundaan dari jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Penundaan ini pada awalnya dirumorkan karena telah terjadi karena masalah anggaran.

Alasan ini diperkuat dengan artikel berita mengenai agenda pemerintah Indonesia yang akan membatasi pengeluaran negara guna mengantisipasi krisis ekonomi akibat geopolitik. Dilansir dari kanal berita CNN Indonesia (2024), Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah membekukan atau memblokir anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) hingga Rp50,14 triliun di 2024 melalui kebijakan Automatic Adjustment. Tidak hanya itu, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Deni Surjantoro menyatakan bahwa kebijakan ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengantisipasi krisis tak terduga di tahun ini.

"Sesuai arahan Presiden saat penyerahan DIPA 2024, saat ini kondisi geopolitik global yang dinamis berpotensi mempengaruhi perekonomian dunia, sehingga perlu diantisipasi potensi atau kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di 2024," - CNN Indonesia

Tak lama setelahnya, Kemendikbud Ristek melalui siaran pers yang dipublikasikan pada 29 Juli 2024 mengatakan bahwa keterlambatan terjadi memang karena kebijakan Automatic Adjustment.

“Adapun penyesuaian linimasa dilakukan karena proses pembukaan Automatic Adjustment terhadap anggaran belanja wajib bidang pendidikan.” Terang Kemendikbud dalam rilisnya.

Bukannya Pagu Anggaran Kemendikbud Ristek 2024 Naik?
Namun, jika kembali dipikirkan, alasan pemerintah ini cukup membuat kecewa. Hal ini karena jika permasalahannya benar adanya mengenai anggaran, tentunya cukup kontradiktif dengan pernyataan pada laman Kemendikbud Ristek mengenai pagu anggaran yang mengalami kenaikan menjadi Rp97,7 Triliun. Pada saat itu, memang rencananya kenaikan anggaran akan ditunjukkan untuk memfasilitasi dua program unggulan yang menjadi prioritas nasional, didalamnya termasuk Program Kampus Merdeka.

Melansir Kemendikbud Ristek, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengapresiasi kolaborasi bersama Komisi X DPR RI yang terus mendorong peningkatan SDM yang unggul sehingga anggaran Kemendikbudristek tahun 2024 mendapat tambahan.

“Kemendikbudristek berkomitmen untuk memastikan capaian program prioritas nasional yang sudah ditetapkan dalam RPJMN 2020-2024 melalui kebijakan Merdeka Belajar,” demikian disampaikan Mendikbudristek pada Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, pada Kamis (31/8).

Pernyataan di atas tentu seharusnya secara langsung memberikan harapan cerah terkait berjalannya program Kampus Merdeka. Bahkan, melalui visualisasi data oleh GoodStats dalam salah satu artikel mereka, dapat kita lihat bahwa pendanaan untuk Kampus Merdeka dari 2020 hingga 2022 cukup besar hingga menyentuh Rp399,43 Miliar, dengan pengeluaran terbesar berada di program IISMA yang kemudian disusul dengan MSIB, Kampus Mengajar dan lainnya.

                                                         sumber: GoodStats

Apa Kata Mahasiswa UI tentang Program Kampus Merdeka?
Bagi mahasiswa Universitas Indonesia, Kampus Merdeka memang menjadi opsi untuk mengeksplorasi bakat dan minat mereka selain belajar di kelas. Terlebih, iming-iming konversi sampai dengan 20 SKS. Tentunya hal ini cukup memberikan angin segar bagi mahasiswa yang ingin mencari kesempatan merasakan bekerja di perusahaan impian, maupun kuliah di luar negeri secara gratis. Oleh karena itu, program yang menjadi primadona oleh mahasiswa UI antara lain adalah MSIB dan IISMA.

Diantaranya adalah saya dan kelompok belajar saya termasuk mahasiswa yang saat ini tengah mengikuti MSIB batch 7. Kami tergabung dalam kelompok kecil mahasiswa Ambis MSIB yang berasal dari program studi yang sama. Dalam kelompok ini, kami tiap harinya saling berbagi informasi terkait lowongan magang, terutama MSIB. Hal ini bukan tanpa alasan, sebagian dari kami memang memimpikan untuk diterima magang MSIB karena benefit yang diberikan sangat besar, beberapa diantaranya adalah Bantuan Biaya Hidup (BBH) yang lebih menguntungkan daripada magang mandiri lainnya, relasi langsung dengan mitra perusahaan, bahkan untung-untung kegiatan magangnya nanti bisa menjadi tugas akhir pengganti skripsi.

Namun, sedihnya program ini harus diundur dan berdampak pada perkuliahan kami. Seharusnya linimasa sebelum pengisian mata kuliah (IRS) kampus, tetapi diundur setelah IRS. Padahal, ekspektasinya jika lolos MSIB, tidak perlu khawatir untuk war mata kuliah untuk memenuhi SKS kuliah kami. Sayangnya takdir berkata lain. Kami harus ikut war IRS terlebih dahulu sambil menanti hasil seleksi yang masuk ke email masing-masing. Terlepas banyak kendala yang dialami, menurut kami MSIB masih relevan untuk dilanjutkan. Hal ini karena MSIB menawarkan portofolio bagi kami untuk mempersiapkan dunia kerja nantinya setelah lulus kuliah.

Tidak hanya kelompok kecil persiapan MSIB dan pejuang tugas akhir yang saya ikuti saja, tetapi beberapa rekan saya dari MSIB batch sebelumnya merasa bahwa MSIB telah memberikan banyak manfaat terkait pengalaman kerja yang lebih nyata. Menurut Budi (nama samaran), yang merupakan seorang mahasiswa magang di salah satu bank swasta, mengatakan bahwa selama mengikuti program magang dirinya merasa terbantu karena dengan bekerja di perusahaan dapat memberikan experience praktik langsung yang berbeda dengan mengikuti kuliah di kelas.  Selain Budi, Nanda (nama samaran), yang merupakan mahasiswa magang di lembaga NGO lokal, mengatakan bahwa program magang ini memberikannya kebebasan eksplorasi banyak hal. Salah satunya adalah kebebasan dalam mengikuti riset yang linear dengan program studi yang diikuti.

Pendapat lain hadir dari peserta IISMA, yakni Anlana (nama samaran). Dirinya juga merasakan mendapatkan banyak manfaat dari program IISMA yang diikutinya tahun lalu di Belanda. Anlana memang memiliki minat untuk belajar di luar negeri sejak lama, dengan adanya program ini dirinya merasa terbantu dalam banyak aspek, termasuk ilmu yang tidak bisa dirinya dapatkan di Indonesia. Misalnya, semenjak Anlana belajar di Belanda, dirinya menjadi lebih sadar akan keterbaruan teknologi, pentingnya belajar komunikasi lintas budaya, dan budaya giat belajar.

Selama di UI, Anlana merasa bahwa dirinya cukup kompeten di kelas, terlebih di kampus UI. Namun, di Belanda dia merasa dia bukan apa-apa, bahkan dirinya mengatakan bahwa mahasiswa di kelasnya rata-rata kemampuannya sekompeten teman-temannya yang lolos IISMA. Pengalaman ini sangat berharga untuk Anlana. Jika menyebutkan mengenai kendala anggaran, Anlana sempat menjelaskan bahwa tidak semua dibiayai. Ada beberapa berkas persiapan yang memang belum dibiayai pemerintah. Selain itu, dirinya juga merasa terjadi ketidakadilan seleksi yang terjadi oleh temannya selama seleksi berlangsung, seperti beberapa mahasiswa dari kalangan berpengaruh lebih mudah lolos daripada teman-temannya yang giat dan berkeinginan kuat untuk belajar di luar negeri. Terlepas dari kontroversi yang banyak terjadi di luar sana mengenai IISMA, Anlana berharap banyak pelajar yang bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengannya, yakni belajar di luar negeri dan memberikan dampak positif kepada masyarakat.

Sisi Lain Program Kampus Merdeka
Meskipun MSIB atau program Kampus Merdeka lainnya memberikan banyak manfaat, ternyata hal ini cukup memberikan ancaman bagi siklus akademis di kampus. Banyak dari mahasiswa yang memilih untuk mendaftarkan diri mengikuti program Merdeka Belajar dan lebih memilih meninggalkan kelas dengan iming-iming konversi SKS hingga 20 SKS.

Tidak hanya siklus akademis, Kampus Merdeka dalam hal ini MSIB juga bisa menjadi ancaman bagi para fresh graduate yang tengah mencari internship. Hal ini karena bisa saja banyak mitra perusahaan akan lebih memilih bekerja sama dengan Kampus Merdeka, daripada membuka lowongan internship baru yang mengharuskan mereka menggelontorkan uang lebih untuk gaji pegawai magang mandiri.

Sementara untuk IISMA, banyak kritik yang mengatakan bahwa Program IISMA masih kurang adil, hal ini karena banyak Awardee berasal dari kalangan atas dan berpengaruh yang sebenarnya mereka bisa mendanai dirinya sendiri ke luar negeri untuk belajar. Hal ini dianggap menghambur-hamburkan uang negara yang seharusnya dapat dialokasikan ke program-program lain yang lebih membutuhkan.

Meskipun begitu, menurut laman Kemendikbud Ristek, menjelaskan bahwa mulai dari 2021 sampai 2024, Kampus Merdeka telah membantu memberikan manfaat sebanyak 404.155 mahasiswa, 30.253 praktisi telah berpartisipasi menjadi bagian dari MBKM dan di luar program-program MBKM Mandiri yang dikelola masing-masing perguruan tinggi. Jumlah mahasiswa yang menerima bantuan pun meningkat tajam dari 2.390 di 2020 menjadi 324.871 mahasiswa di 2023.

"Akses ke kegiatan belajar di luar kampus juga sudah sangat merata. 1.695 perguruan tinggi telah membolehkan dan mengirim mahasiswanya belajar di luar kampus melalui program flagship Kampus Merdeka," terang Dirjen Haris.

Kampus Merdeka? Ya, Harus Merdeka!
Terlepas dari kontroversi tiap program dan kendala berjalannya Kampus Merdeka, Program Kampus Merdeka memang banyak memberikan dampak yang signifikan bagi mahasiswa dan juga mitra perusahaan. Bagi mahasiswa, mengikuti program Kampus Merdeka dianggap memberikan “privilege” karena bisa mendapatkan relasi dan pengalaman langsung dari mitra atau aktor-aktor lapangan yang bersinggungan. Sementara untuk mitra universitas dan perusahaan, program ini akan sangat membantu organisasi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat di berbagai bidang yang disediakan di masing-masing pilihan program Kampus Merdeka.

Oleh karena itu, seharusnya program ini dengan optimis tetap terus dilanjutkan dan  tidak dimangkrakkan atau diberhentikan, tetapi dikaji ulang dan disesuaikan dengan keperluan masing-masing programnya. Pun, jika ada permasalahan anggaran, pemerintah harus tegas dan dapat menangani masalah ini dengan adil dan transparan. Hal ini mengingat masih banyak berita terkait ketimpangan anggaran antar program dan bahkan ketidaktepatan sasaran salah satu program Kampus Merdeka. Hal ini seharusnya menjadi refleksi untuk pemerintah agar lebih bijak mengelola anggaran dan programnya sebagai salah satu usaha menciptakan kesetaraan pendidikan dan pengembangan SDM Indonesia, seperti yang sempat dijelaskan dalam cita-cita Kemendikbud Ristek.

Referensi

CNN Indonesia. (2024). Apa Automatic Adjustment, Kebijakan Sri Mulyani Blokir Uang Rp50 T?. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240206120837-532-1059234/apa-automatic-adjustment-kebijakan-sri-mulyani-blokir-uang-rp50-t

Kemendikbud Ristek. (2023). Pagu Anggaran Kemendikbudristek Tahun 2024 Naik menjadi Rp97,7 Triliun. Retrieved from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2023/09/pagu-anggaran-kemendikbudristek-tahun-2024-naik-menjadi-rp977-triliun

Kemendikbud Ristek. (2024). Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Tetap Berjalan. Retrieved from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2024/07/program-merdeka-belajar-kampus-merdeka-tetap-berjalan

Reiner, Pierre. (2024). Mengupas Anggaran Pendidikan Untuk IISMA, Sudahkah Tepat Sasaran?. Retrieved from https://goodstats.id/article/mengupas-anggaran-pendidikan-untuk-iisma-sudahkah-tepat-sasaran-IWNuX

Teks: Dita Pratiwi
Editor: M. Rifaldy Zelan
Foto: Liputan6, GoodStats

Pers Suara Mahasiswa UI 2024
Independen, Lugas, dan Berkualitas!