Logo Suma

Aliansi GEBRAK Gugat Kebijakan Prokapitalisme dan Neoliberalisme

Redaksi Suara Mahasiswa · 3 Mei 2025
3 menit

Dalam rangka memperingati Mayday atau Hari Buruh Internasional pada 2 Mei, ribuan massa turun ke jalan untuk kembali menyuarakan berbagai tuntutan mereka. Mayday bukan hanya milik buruh, melainkan aliansi mahasiswa juga turut memadati jalanan, menyuarakan aspirasi bersama di depan Gedung DPR RI.

Sejak pukul 08.00 pagi, aksi telah dimulai. Dengan membawa poster protes dan bendera organisasi, kelompok perempuan, jurnalis, serta pekerja kampus turut ambil bagian dalam aksi tersebut. Di atas mobil komando, para pemimpin organisasi menyerukan orasi secara bergantian.

Menjelang siang, demonstran yang hadir kian bertambah banyak. Terlihat dua mobil komando membawa ratusan massa dan disusul dengan dua mobil komando lainnya. Yel-yel diteriakkan dengan penuh semangat, poster protes tersebar di mana-mana, dan jalanan dipenuhi tulisan-tulisan berisi seruan kekecewaan. Selain menyuarakan orasi dan yel-yel, beberapa perwakilan lain yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Indonesia (API) turut membacakan puisi dan mengajak massa aksi bersama-sama menyanyikan lagu perjuangan dan pembebasan.

Dengan mengusung tema “Kapitalisme, Oligarki, dan Militerisme Musuh Kelas Pekerja”, Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) yang terdiri dari Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Kesatuan Perjuangan Rakyat (KPR), Gerakan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), elemen buruh, petani, nelayan, mahasiswa, jurnalis, tenaga medis, hingga masyarakat sipil bersatu dalam menyuarakan hak-hak para pekerja.

Gebrak Menuntut, DPR Tak Berani Keluar

Kehadiran Gebrak tidak sekadar menjadi wadah persatuan, tetapi juga sebagai pion terdepan dalam menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan yang dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat, terutama buruh, terhadap kinerja dan kebijakan pemerintah yang seringkali merugikan. Adapun tuntutan yang dilayangkan oleh Gebrak yaitu:

  1. Cabut UU Cipta Kerja beserta PP turunannya, lawan badai PHK, sahkan RUU Ketenagakerjaan pro-buruh, dan berikan kepastian jaminan kerja yang layak bagi kaum buruh;
  2. Sahkan UU PRT, berikan jaminan hukum bagi pekerja rumah tangga, hapuskan hubungan kemitraan, akui status pekerja bagi pengemudi ojol, taksi online, dan kurir. Selain itu, berikan juga jaminan dan perlindungan kepada pekerja medis dan kesehatan, pekerja perikanan dan kelautan, pekerja perkebunan dan pertanian, serta pekerja pertambangan dan buruh migran.
  3. Hentikan penggusuran pemukiman dan tanah-tanah rakyat. Jalankan reforma agraria sejati dengan memberikan tanah dan teknologi pertanian bagi petani kecil;
  4. Hentikan proyek-proyek PSN yang melakukan perusakan terhadap lingkungan. Sahkan RUU masyarakat adat demi keberlangsungan hidup dan kesejahteraannya di seluruh penjuru negeri;
  5. Cabut UU TNI, tolak campur tangan militer dalam urusan sipil, kembalikan militer ke barak, dan tolak militer masuk ke dalam kampus, pabrik, maupun desa.

Menanggapi massa aksi Gebrak, Komisi IX DPR mengajak perwakilan aliansi untuk masuk ke dalam gedung DPR dan melakukan audiensi. Akan tetapi, setelah Gebrak membeberkan tuntutannya, pihak komisi IX justru tidak bisa mendukung tuntutan itu dan tidak memiliki keberanian dalam menyampaikan hal tersebut di depan massa.

"Sebenarnya tadi ada informasi dari komisi IX DPR bahwa mereka [DPR] mau menerima audiensi dari perwakilan aliansi Gebrak. Perwakilan dari kami menyampaikan ke DPR bahwa ada beberapa poin tuntutan, seperti UU Ketenagakerjaan, UU Perampasan Aset, RUU TNI, RUU Polri, Revisi KUHP, UU PRT, dan lainnya. Akan tetapi, mereka tidak dapat mendukung tuntutan dari kita. Jadi, mereka tidak berani menyampaikannya dan kami tidak mau masuk." ungkap Unang Sunarno, Ketua Umum KASBI.

Mahasiswa Beraksi, Mayday Bukan Hanya Milik Pekerja!

Mayday bukan hanya milik pekerja! Seruan itu seolah ingin disampaikan oleh para mahasiswa yang turut serta dalam aksi ini. Pasalnya, aksi mahasiswa di sekitar Gedung Pancasila mendapat respons kurang baik dari pihak satpam dan aparat kepolisian. Sekitar pukul 08.20, Gerbang Pancasila masih belum dipadati massa. Saat itu, Forum Mahasiswa Nasional (FMN), sudah hadir dan mulai melakukan “pemanasan” aksi.

Beberapa anggota FMN sempat mendapat kekerasan fisik seperti pukulan dan cekikan dari aparat. Meski tidak menimbulkan luka fisik, tindakan itu tetap dianggap sebagai bentuk represi terhadap kebebasan ekspresi.

“Pukulannya sebetulnya mungkin, enggak begitu. Gak ada luka parah gitu. Cuma, ya, bagi kita itu adalah represi, toh? Karena dipeluk, dicekik, itu ya represi gitu kan. Jumlah korbannya sekitar 2-4 orang,” aku Tera selaku ketua umum FMN.

Menurut penuturannya, pihak satpam dan aparat kepolisian menganggap pagi itu masih termasuk masa steril. Lagi pula, 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh, sementara FMN merupakan organisasi mahasiswa.

“Kalian juga bukan buruh, kalian mahasiswa,” tambah Tera.

Teks: Vania Shaqila Noorjannah, Zulianikha Salsabila Putri

Editor: Dela Srilestari

Foto: Zulianikha Salsabila Putri

Desain: Kania Puri A. Hermawan

Pers Suara Mahasiswa UI 2025

Independen, Lugas, dan Berkualitas!