Vasektomi dan Tubektomi dalam Pandangan Masyarakat Indonesia

Redaksi Suara Mahasiswa · 12 Januari 2022
6 menit

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam mencegah kehamilan. Di Indonesia sendiri, sudah terdapat berbagai alat kontrasepsi yang aman dan legal untuk digunakan baik yang bersifat hormonal atau non hormonal. Pil KB, IUD, dan Kondom, merupakan contoh dari alat kontrasepsi yang umum digunakan untuk mencegah kehamilan dan infeksi menular seksual. Tetapi, selain alat kontrasepsi yang bersifat temporal, pencegahan kehamilan juga dapat dilakukan dengan metode yang bersifat permanen. Metode kontrasepsi tersebut disebut sebagai sterilisasi. Bagi laki-laki, metode sterilisasi tersebut dikenal dengan sebutan vasektomi yang dilakukan dengan cara memotong dan menutup saluran sperma agar sperma tidak bercampur dengan air mani, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur. Sementara itu, metode sterilisasi bagi perempuan disebut sebagai tubektomi yang dilakukan dengan cara mengikat dan menutup saluran tuba falopi yang menghubungkan indung telur dan rahim, sehingga sperma tidak dapat bertemu dan membuahi sel telur.


Metode sterilisasi ini dinilai efektif untuk mencegah kehamilan dan  memiliki tingkat keberhasilan hingga 100 persen. Umumnya, sterilisasi digunakan bagi pasangan yang memang sudah tidak ingin memiliki keturunan. Meskipun efektif dalam mencegah kehamilan, proses sterilisasi ini ternyata sempat menimbulkan perdebatan di masyarakat, baik dari sisi agama, maupun kesehatan. Dilansir dari BBC pada 2012 lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat mengeluarkan fatwa haram atas vasektomi dan tubektomi. Proses vasektomi dan tubektomi sempat dikatakan sebagai tindakan pemandulan tetap yang bertentangan dengan hukum Islam. Selang empat bulan setelah pemberitaan tersebut, MUI melakukan peninjauan ulang terkait hukum vasektomi dan mengungkapkan bahwa pelaksanaannya boleh dilakukan sesuai dengan syariat islam. Tidak hanya itu, vasektomi juga menimbulkan polemik dalam bidang kesehatan karena disebut dapat menjadi penyebab kanker prostat. Di balik segala perdebatan yang muncul, kontrasepsi permanen yang satu ini tentunya juga memiliki berbagai kelebihan seperti memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, tidak mengganggu kadar hormon dan aktivitas seks, hingga merupakan alternatif yang lebih aman dilakukan bagi perempuan. Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai vasektomi dan tubektomi, hingga pandangannya dalam masyarakat Indonesia.


Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Vasektomi dan Tubektomi?

Vasektomi

Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5cm-1cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong vas deferen sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, sehingga tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap dan dihancurkan oleh tubuh.


Prosedur vasektomi sendiri tentunya harus ditangani oleh dokter ahli. Prosedur vasektomi dilakukan melalui operasi bedah minor dengan pemberian anestesi lokal pada area testis dan skrotum. Dalam prosedur ini, saluran yang dilalui sperma dari testis akan dipotong dan diikat guna mencegah sperma mencapai air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi ketika berhubungan seksual.


Sebagai metode KB yang digadang-gadang efektif, hal ini juga diungkapkan oleh American Urological Association, bahwa kehamilan akan terjadi pada kurang dari 2 dari setiap 1.000 pasangan di mana pria tersebut telah menjalani vasektomi. Tetapi tentunya, vasektomi sendiri memiliki kelebihan dan kekurangan. Dilansir dari Kompas.com, ada pun kelebihannya antara lain:

lebih dari 99 persen efektif untuk mencegah kehamilan; efek jangka panjang bagi kesehatan jarang terjadi; tidak memengaruhi kadar hormon, gairah seks atau mengganggu aktivitas seks; dapat dipilih sebagai alternatif yang lebih sederhana dan lebih aman untuk sterilisasi perempuan (tubektomi). Sementara, untuk kekurangannya antara lain: vasektomi tidak melindungi dari penyakit menular seksual (PMS); vasektomi sulit dikembalikan ke kondisi semula; tetap harus menggunakan kontrasepsi setelah operasi sampai tes menunjukkan air mani bebas dari sperma; kemungkinan adanya komplikasi, termasuk pengumpulan darah di dalam skrotum (hematoma), benjolan keras yang disebut granuloma sperma (disebabkan oleh kebocoran sperma dari saluran), infeksi, atau nyeri testis jangka panjang yang mungkin memerlukan operasi lebih lanjut; tabung vas deferens dapat tersambung kembali, namun kasus ini jarang terjadi.


Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan mengikat atau memotong saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Metode ini dilakukan agar sel telur tidak dapat menuju rahim dan sel sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur, sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan. Tubektomi dapat dilakukan oleh pasangan yang tidak ingin kembali memiliki anak, menghindari kehamilan karena risiko kesehatan, dan mengurangi risiko kanker ovarium. Dilansir dari plannedparenthood.org, tingkat efektivitas tubektomi dalam mencegah kehamilan terbilang sangat tinggi hingga mencapai 99 persen yang berarti di setiap tahun yang berarti kurang dari 1 dari 100 orang yang telah menjalani prosedur tubektomi akan mengalami kehamilan.


Terdapat tiga prosedur dalam tubektomi, yaitu laparoskopi, minilaparotomi, dan histeroskopi. Laparoskopi dilakukan dengan menggunakan alat laparoskop, dengan membuat sayatan kecil di perut untuk mencapai tuba falopi yang akan diikat, dipotong, atau disumbat. Minilaparotomi dilakukan tepat setelah persalinan, dengan pengaruh obat bius. Dokter akan  membuat sayatan kecil di dekat pusar atau menggunakan sayatan operasi caesar untuk dapat menarik tuba falopi yang akan disumbat, diikat, atau dipotong. Histeroskopi dilakukan tanpa perlu membuat sayatan atau membius pasien, dengan dilakukan melalui panggul atau leher rahim. Histeroskopi dilakukan dengan memasukkan alat histeroskop ke dalam vagina dan leher rahim, lalu alat kecil akan diletakkan pada tuba falopi yang kemudian dapat membentuk jaringan parut yang menyumbat tuba falopi.


Metode kontrasepsi permanen yang dapat dilakukan oleh perempuan ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan efektif dalam mencegah kehamilan sehingga menjadi salah satu kelebihan dari pelaksanaannya. Selain itu, proses tubektomi hanya dilakukan sekali, serta tidak memengaruhi hormon dan hubungan seksual. Meskipun  demikian, beberapa kekurangan masih dimiliki oleh metode kontrasepsi permanen yang satu ini di antaranya tidak dapat mencegah dari tertular penyakit menular seksual, memakan biaya yang cukup besar, hingga menimbulkan risiko komplikasi internal.


Pandangan Masyarakat Mengenai KB Permanen

Metode KB permanen baik vasektomi maupun tubektomi ternyata juga menimbulkan berbagai mitos di masyarakat yang membuat sebagian orang ragu untuk melakukannya. Pengetahuan yang minim membuat beberapa masyarakat memiliki pemikiran yang tidak sesuai dengan fakta terhadap pelaksanaan KB permanen, mulai dari sisi medis hingga efek samping yang ditimbulkan. Dari sisi medis sendiri, terdapat banyak anggapan di masyarakat bahwa pelaksanaan KB permanen yang berupa vasektomi dapat menimbulkan kanker prostat. Faktanya, berbagai studi yang telah dilakukan oleh peneliti AS mengungkapkan bahwa vasektomi tidak memiliki hubungan dengan kanker prostat. Tidak hanya itu, prosedur dari pelaksanaan vasektomi juga menimbulkan perdebatan lantaran dianggap sebagai tindakan pemotongan penis secara keseluruhan. Nyatanya, prosedur vasektomi dilakukan dengan cara memotong vas deferens agar air mani yang dikeluarkan tidak lagi mengandung sperma. Vasektomi juga menimbulkan mitos di masyarakat bahwa pelaksanaannya dapat mengganggu hubungan seksual. Padahal, pelaksanaan vasektomi sama sekali tidak mengganggu aktivitas seksual yang menjadikannya sebagai salah satu kelebihan dari metode KB permanen tersebut. Lebih lagi, banyak masyarakat juga memilih untuk tidak melakukan vasektomi lantaran prosedurnya yang dianggap memberikan rasa sakit.

Dalam kenyataannya, prosedur vasektomi hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dan dapat dilakukan dengan teknik tanpa pisau bedah. Tidak hanya vasektomi, metode KB permanen tubektomi juga menimbulkan berbagai mitos di masyarakat. Prosedurnya dianggap dilakukan dengan cara mengangkat rahim secara keseluruhan. Hal tersebut juga menimbulkan pemikiran di masyarakat bahwa siapa saja yang menjalani prosedur tubektomi tidak dapat mengalami menstruasi lagi. Kenyataannya, pelaksanaan tubektomi dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran tuba falopi dan menstruasi masih dapat terjadi. Selain itu, pelaksanaan tubektomi juga dianggap membuat perempuan tidak dapat melakukan pekerjaan yang berat atau melanjutkan aktivitas seperti semula. Hal ini sangat bertentangan dengan kenyataannya, sebab perempuan yang melakukan tubektomi hanya perlu beristirahat selama beberapa hari sebelum kembali melakukan aktivitas seperti semula.

Teks: Rachelyn Maharani, Maria Pastika Widi,
Ilustrasi: Sisilya
Editor: Giovanni Alvita

Pers Suara Mahasiswa UI
Independen, Lugas, dan Berkualitas!

Daftar Pustaka

Adhi, Irawan Sapto. (2020). Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Vasektomi. Retrieved from https://health.kompas.com/read/2020/10/20/193200468/keuntungan-dan-kerugian-kontrasepsi-vasektomi?page=all

Alodokter. (2021). Ketahui Berbagai Risiko Tubektomi bagi Wanita. Retrieved from https://www.alodokter.com/ternyata-ada-risiko-kontrasepsi-tubektomi-bagi-wanita

Alodokter. (2021). Vasektomi, Ini yang Harus Anda Ketahui. Retrieved from https://www.alodokter.com/vasektomi-ini-yang-harus-anda-ketahui

BBC.com (2012). MUI menyatakan vasektomi dan tubektomi haram. Retrieved from https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/04/120417_vasektomiharam


Saraswati, Igayu Adnya. (2018). HUBUNGAN DUKUNGAN ISTRI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA DI KECAMATAN ABIANSEMAL. Retrieved from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/906/9/BAB%20II.pdf

Febrida, Melly. (2019). 8 Mitos Vasektomi dan Faktanya. Retrieved from https://www.liputan6.com/health/read/4103640/8-mitos-vasektomi-dan-faktanya#

Felicia, Levina. (2020). Tubektomi. Retrieved from https://www.sehatq.com/tindakan-medis/tubektomi

Planned Parenthood. How effective is tubal ligation?. Retrieved from https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/sterilization/how-effective-tubal-ligation

Roosyana, Rommy. (2019). Infografik: Beragam mitos alat kontrasepsi. Retrieved from https://lokadata.id/artikel/infografik-beragam-mitos-alat-kontrasepsi

Saras, Rieke. (2019). Vasektomi Bisa Sebabkan Kanker Prostat?. Retrieved from https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3621431/vasektomi-bisa-sebabkan-kanker-prostat

Skata. (2017). 3 Mitos Tubektomi Yang Paling Sering Ditanyakan! [Video]. Youtube. https://youtu.be/KEf331MHE9U

Tempo.co. (2012). MUI Bolehkan Vasektomi. Retrieved from https://nasional.tempo.co/read/414681/mui-bolehkan-vasektomi/full&view=ok