Usaha (Gagal) Mengadu Domba dalam Kandang: Antara Buzzer, Semar, dan BEM UI

Redaksi Suara Mahasiswa · 30 Mei 2022
4 menit

Usaha licik para pendengung pesanan lewat berita berjudul “Semar UI Mendorong Mosi Tidak Percaya Terhadap Ketua BEM UI” yang diterbitkan berbagai portal berita pada 28 Mei 2022 kemarin mengundang tanda tanya besar tiga kalangan: pimpinan teras Badan Eksekutif Mahasiswa UI, Serikat Mahasiswa Progresif UI, dan ruang redaksi Suara Mahasiswa.

Tak hanya judul yang provokatif dan tendensius, sejumlah alinea berita tersebut juga telah memelintir berita Suara Mahasiswa tanggal 24 Maret 2022 berjudul “Menyoal Integritas Pimpinan BEM UI: Jogging Ceria atau Aksi, Pilih yang Mana?” yang ditulis oleh Chris Wibisana dan Muhammad Akhtar Jabbaran selaku wartawan Suara Mahasiswa.

Selain memelintir berita Suara Mahasiswa secara sembrono dan tidak bertanggung jawab, narasi berita pun membawakan lagu sumbang khas pendengung bayaran yang kerap menyangkutpautkan afiliasi politik Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, Bayu Satria Utomo, dengan Partai Keadilan Sejahtera dan organisasi Islam radikal terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), serta mengadu domba posisi politik BEM UI dan Serikat Mahasiswa Progresif (Semar UI) yang selama ini cukup renggang.

Meski demikian, saat berita ini diturunkan, berita palsu tersebut telah ditarik dari peredaran. Sayangnya, berita yang melanggar disiplin verifikasi jurnalistik dan telah mengadu domba Semar UI dan BEM UI tersebut kadung tersebar ke berbagai portal berita lain.

Ada Pihak Ketiga: Berita Bohong, Spanduk, dan Poster

Sejumlah media lokal tiba-tiba secara serentak menerbitkan berita yang mencatut dua organisasi mahasiswa UI yakni Semar UI dan BEM UI. Dalam beritanya, media-media tersebut menyebutkan bahwa Ketua Semar UI, Fawwaz Nuruddin mendorong mosi tidak percaya kepada BEM UI karena pertemuannya dengan elit partai PKS dari Rumah Peradaban yang akan membuat BEM UI menjadi wadah gerakan HTI yang dikontrol partai PKS di UI.

Secara keseluruhan berita tersebut adalah berita bohong dan tidak akurat karena setelah diverifikasi, Semar menerangkan bahwa tidak pernah ada wawancara antara Fawwaz dengan media-media yang mencatut namanya. Dalam pernyataan sikap yang diterbitkan per tanggal 28 Mei 2022, Semar menyatakan bahwa kemunculan artikel, banner, dan poster-poster provokatif tersebut tidak sama sekali melibatkan Semar.

“Kami menyatakan artikel-artikel dengan pencatutan “mahasiswa progresif” tersebut adalah HOAX,” tulis Semar dalam pernyataan sikapnya.

Hal senada juga diterangkan Fawwaz dalam wawancaranya bahwa Semar mengganggap oknum tersebut bak ‘lempar batu sembunyi tangan’, mengatasnamakan Semar untuk memancing seteru dengan BEM.

“Itu bener-bener mengatasnamakan Semar dan mereka hoaks karena mereka menyebarkan disinformasi yang ga ada sangkut pautnya ke Semar. Mereka benar-benar berlindung di organisasi ini [Semar], yang sebenarnya memiliki nilai-nilai sendiri,” tutur Fawwaz.

Berita polesan dari media abal-abal tersebut disinyalir pertama kali disebarkan melalui platform Twitter pada tanggal Jumat, dini hari (27/05). “Pertama kali kita tahu ada yang ngirim berita itu di grup Line jam setengah 1 pagi hari Sabtu, kemudian saat kita cari keyword-nya di Twitter, berita tersebut ternyata banyak banget, udah tersebar dimana-mana. Kita sempat ditelpon BEM UI juga,” ujar Azmi dan Fawwaz saling melengkapi cerita.

Sekretaris Jenderal Semar UI mengaku telah curiga karena satu hari sebelum berita tersebut disebarkan, ia menerima kabar dari BEM UI bahwa ada beberapa spanduk hitam besar dengan substansi propaganda yang sama. Namun, spanduk-spanduk tersebut telah dicabut oleh BEM UI dan PLK kemudian dibawa ke Kantor PLK pada hari Rabu (25/05).

Spanduk ini memasang wajah Bayu dengan tulisan “Kader Rumah Peradaban, Simpatisan PKS” dan menyematkan tagar #MahasiswaProgresif di sisi kanan atas spanduk. Selain itu, sejumlah warga UI juga melihat adanya penempelan poster-poster dengan narasi serupa di sekitar Stasiun UI.

“Hari Kamis, kita melihat spanduknya di kantor PLK, sayangnya kita ngga dibolehin foto sama PLK,” ujar Azmi.

Penulisan berita yang tidak berdasarkan fakta dari media abal-abal tersebut hanya memelintir berita lain agar menjadi sumber kegaduhan khalayak ramai. Dengan kata lain, berita tersebut tidak menaati etik jurnalistik sebagai berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

“Pas gue cocokin sama bait-bait yang ada di sini [berita Suma] itu sama persis. Oh ternyata ini cuma copas doang, dan ini hoaks. Dugaan kita ini ada pihak ketiga,” lanjut Azmi.

Permainan Politik Identitas: Aktor Buta dan Pengecut

Kendati Semar dan BEM UI sebelumnya memang sering terlibat dalam pergulatan narasi dan pandangan tentang gerakan mahasiswa. Namun, dalam berita tersebut BEM dan Semar dibingkai sebagai lawan politik yang sedang memperebutkan legitimasi publik. Menanggapi hal tersebut, Fawwaz sangat menyesalkan perbuatan ‘pihak ketiga’ ini karena dapat mereduksi dan menjelekkan makna, nilai-nilai dan tujuan gerakan akar rumput selama ini.

“Ini ada pihak ketiga malah ingin membawa politik identitas ke dalam ranah, yang aslinya kita itu bukan bergelut identitas, tapi mencoba diskursus ilmiah, pandangan soal gerakan, dan kita sering memberikan suara antitesis kepada BEM, dan itu (perdebatan-read) adalah hal yang wajar di lingkungan gerakan, tapi mereka (buzzer-read) seakan-akan pengen bikin Semar ini terlihat “anti-tarbiyah” dan juga langsung melabel BEM UI tarbi sebelum ada bukti nyata, jadi ada politik identitas yang bermain disitu,” sesal Fawwaz.

Fenomena politik identitas ini juga merupakan sejarah kelam yang terjadi dalam panggung politik nasional Indonesia sejak Pilkada Jakarta 2017 sampai Pilpres 2019. Pemilu yang seharusnya menjadi ajang adu wacana mendadak berubah menjadi pertarungan dua kubu fanatisme politik yang kemudian melahirkan pelabelan ‘Cebong-Kampret’.

Tidak hanya mengadu domba masyarakat yang berujung segregasi dan kekerasan, di tingkat elit, polarisasi politik ini juga akhirnya membagi dua kubu partai tanpa ada diskusi substantif terhadap isu kebijakan yang sedang diperdebatkan. Menurut Fawwaz, fenomena tersebut yang sedang terjadi, pihak ketiga sedang meracuni khalayak UI dengan logika elektoral politik identitas.

“Kita sendiri juga sangat-sangat ga mau masuk ke ranah kayak gitu karena itu menghilangkan intelektualisme dalam diskusi gerakan, keputusan kita (di Semar-read) selalu ada dialektika, ada diskusi antar anggotanya, bukan statement pribadi,” terang Fawwaz dan Azmi.

Hingga saat ini Semar UI belum dapat memprediksi siapa dan apa tujuan oknum yang mencatut organisasinya.

“Gue ga pengen berspekulasi, tapi dari caranya aja udah jelek dan tujuannya pasti jelek dan itu merusak kebebasan akademik,” terang Azmi.

“Sebenarnya kita juga masih belum tahu yang terjadi, istilahnya kita ini aktor buta-lah dan mereka itu pengecut yang ga berani ngomong langsung,” tutup Fawwaz.

Belum Ada Sikap dari BEM UI

Sebagaimana informasi yang kami temukan di instagram resmi Rumah Peradaban, benar bahwa Bayu merupakan penerima beasiswa Rumah Peradaban. Namun, terlepas dari betul atau tidaknya asumsi mengenai keterkaitan antara Rumah Peradaban dengan identitas partai politik tertentu, hal ini belum tentu akan mempengaruhi pandangan dan posisi politik Bayu sebagai Ketua BEM UI. Simplifikasi argumen secara sengaja yang menimbulkan kerugian pihak lain merupakan disiplin kode etik yang lagi-lagi dilanggar oleh media-media lokal tersebut.

Tahun-tahun sebelumnya, narasi serupa juga diangkat oleh oposisi ketua BEM yang melibatkan mantan Ketua BEM UI 2021, Leon Alvinda dan Ketua BEM UI tahun 2019, Manik Marganamahendra. Keduanya sempat dianggap membawa kepentingan politik ke dalam organisasi BEM UI karena afiliasi Leon dengan HMI, dan Manik Marganamahendra dengan Partai PKS. Ketiganya masih sebatas asumsi pribadi, belum ada bukti konkret yang memperlihatkan keberpihakan politik BEM UI terhadap partai tertentu.

Hingga berita ini diterbitkan, BEM UI belum memberikan keterangan dan sikap terhadap kejadian ini baik terhadap wartawan Suma UI maupun secara kelembagaan di media sosial.

Teks : Chris Wibisana dan Dian Amalia Ariani

Editor : Syifa Nadia

Foto : PLK UI

Pers Suara Mahasiswa UI 2022

Independen, Lugas, Berkualitas!